New York, (ANTARA News) - Harga minyak jatuh empat dolar AS pada Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, hal tersebut memperpanjang penurunan spektakuler pada pekan ini setelah cadangan minyak mentah di Amerika Serikat secara mengejutkan melonjak, kata para pedagang. Harga minyak telah jatuh pada Selasa dalam penurunan terbesar dalam 17 tahun, akibat meningkatnya kekhawatiran tentang penurunan pertumbuhan ekonomi AS yang dapat menghambat permintaan minyak mentah global. Pada Rabu, kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, menyusut 4,14 dolar AS menjadi ditutup pada 134,60 dolar AS per barrel. Harga minyak jenis ini pada Selasa telah jatuh 6,44 dolar AS dalam penurunan harian tertajam sejak Januari 1991. Di London, minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Agustus turun 2,56 dolar AS menjadi 136,19 dolar AS pada Rabu. Harga-harga turun di tengah berita penambahan cadangan minyak mentah AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan stok minyak mentah AS naik 3,0 juta barrel menjadi 296,9 juta barrel dalam pekan yang berakhir 11 Juli, mempermalukan ekspektasi pasar turun sekitar 2,2 juta barrel. Namun, penurunan harga minyak dari level rekor tertinggi Jumat lalu di atas 147 dolar AS kemingkinan hanya sesaat, kata para analis, mencatat bahwa meningkatnya cadangan energi AS mencerminkan melambatnya permintaan di tengah menurunnya ekonomi AS, konsumen energi terbesar dunia. Menurut pemerintah AS, konsumsi produk bahan bakar minyak Amerika turun dua persen lebih dalam empat pekan lalu, dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Sebuah perubahan mendadak dalam kebijakan diplomasi AS terhadap Iran yang diumumkan akhir Selasa, juga mengendurkan kekhawatiran pasokan minyak, kata para analis. Amerika Serikat mengatakan sedang mengirim wakil menteri luar negeri William Burns untuk membicarakan krisis nuklir pada Sabtu antara negosiator nuklir Iran, Saeed Jalili, dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Javier Solana. "Ini kontak diplomatik AS paling signifikan sejak revolusi Islam 1970, dan menunjukkan sebuah perubahan dramatis dalam kebijakan luar negeri AS. Untuk tujuan kami, ini tentu akan mengambil memaksa keluar premi geopolitik dari harga minyak," kata John Kilduff, seorang analis di MF Global. "Ini tidak mengatakan bahwa misi Sekretaris Burn dijamin berhasil. Pemerintah telah berungkali menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice siap untuk melakukan pembicaraan dengan Iran tentang penghapusan pengayaan uranium. Ini merupakan isu sementara, meskipun, Iran telah berpendirian keras," kata Kilduff. Iran adalah penyedia cadangan minyak terbesar kedua di dunia dan berada di sisi Selat Hormuz, sebuah pintu gerbang kritis untuk minyak Timur Tengah. Iran produsen minyak mentah nomor empat dan peringkat kedua dalam kartel minyak OPEC. Sementara tokoh penting OPEC, Arab Saudi, pada Rabu, menuduh spekulasi perdagangan minyak dan menyerukan untuk lebih banyak melakukan dialog antara negara-negara produsen dan konsumen. "Minyak telah menjadi ... pada kenyataannya seperti sebuah mata uang telah menarik minat spekulasi di antara beberapa perusahaan dan orang," kata Raja Arab Saudi Abdullah dalam sebuah wawancara dengan harian Italia La Repubblica. "Kami tidak ingin harga menjadi begitu tinggi. Itu tidak ada dalam keinginan kami karena tidak disukai dunia." Arab Saudi telah berulang kali memperingatkan bahwa spekulasi penyebab utama dari melambungnya harga minyak berhubungan dengan meningkatnya permintaan dan perpajakan produk minyak di negara-negara konsumen. Banyak negara Barat, dipimpin oleh Amerika Serikat, berpendapat kenaikan harga minyak akibat ketatnya pasokan minyak global. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Selasa, mengatakan telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini menjadi 1,20 persen dari 1,28 persen, karena pelambatan ekonomi dan tingginya harga bahan bakar minyak. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008