London (ANTARA News) - Harga minyak kembali terjerembab, jatuh lima dolar AS pada Rabu waktu setempat, memperpanjang penurunan spektakuler pekan ini setelah cadangan minyak mentah konsumen energi utama Amerika Serikat secara mengejutkan melonjak, kata para pedagang. Harga minyak telah jatuh pada Selasa karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi AS menjadikan harga minyak mentah di New York mengalami penurunan paling tajam dalam 17 tahun terakhir. Pada Rabu, kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, turun tajam 5,06 dolar AS menjadi 133,86 dolar AS per barrel. Harga minyak jenis ini pada Selasa telah menyusut 6,44 dolar AS dalam penurunan harian tertajam sejak Januari 1991. Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Agustus turun 4,35 dolar AS menjadi 134,40 dolar AS pada Rabu. Harga minyak jatuh setelah Badan Informasi Energi (EIA) AS mengatakan stok minyak mentah AS naik 3,0 juta barrel menjadi 296,9 juta barrel dalam pekan yang berakhir 11 Juli -- mengejutkan karena pasar memperkirakan turun sekitar 2,2 juta barrel. Harga minyak mentah mencapai rekor tertinggi pada Jumat lalu, ketika kontrak New York mencapai 147,27 dolar AS dan Brent mencapai 147,50 dolar AS. Pasar telah terhenti pada awal Rabu, karena para pedagang mengumpulkan "napas" mereka menyusul kerugian berat pada Selasa yang dipicu prospek suram ekonomi dari Ketua Federal Reserve AS Ben Bernanke, kata para dealer. "Komentar Ketua Fed Ben Bernanke tentang prospek suram ekonomi di AS secara signifikan meningkatkan kekhawatiran terhambatnya permintaan di konsumen minyak terbesar dunia tersebut," kata para analis Barclays Capital. "Dalam testimoni tengah tahunan kepada Senat, Ia menekankan bahwa prospek untuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi tidak biasa tak menentu, sebuah penilaian yang lebih suram daripada yang diberikan bank sentral akhir bulan lalu ketika dikatakan risiko-risiko terhadap pertumbuhan ekonomi telah sedikit banyak dikurangi." Bernanke mengatakan Selasa, namun the Fed telah menaikkan proyeksi pertumbuhan 2008 menjadi ke kisaran 1,0 hingga 1,6 persen, naik dari proyeksi April 0,3 hingga 1,2 persen. Tetapi, ia juga memperingatkan banyak risiko, termasuk potensi kenaikan inflasi dan tekanan di pasar keuangan. Para pedagang mencemaskanbahwa pelambatan ekonomi di Amerika Serikat akan melemahkan permintaan minyak mentah global. Al Goldman seorang analis Wachovia Securities, menyalahkan penurunan harga sangat besar pada "penilaian suram" Bernanke termasuk juga penurunan proyeksi permintaan dari OPEC. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Selasa, mengatakan memangkas proyeksinya untuk pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini menjadi 1,20 persen dari 1,28 persen, karena pelambatan ekonomi dan tingginya harga bahan bakar minyak. Sementara tokoh penting OPEC, Arab Saudi, pada Rabu, menuduh spekulasi perdagangan minyak dan menyerukan untuk lebih banyak melakukan dialog antara negara-negara produsen dan konsumen. "Minyak telah menjadi ... pada kenyataannya seperti sebuah mata uang telah menarik minat spekulasi di antara beberapa perusahaan dan orang," kata Raja Arab Saudi Abdullah dalam sebuah wawancara dengan harian Italia La Repubblica. "Kami tidak ingin harga menjadi begitu tinggi. Itu tidak ada dalam keinginan kami karena tidak disukai dunia." Arab Saudi telah berulang kali memperingatkan bahwa spekulasi penyebab utama dari melambungnya harga minyak berhubungan dengan meningkatnya permintaan dan perpajakan produk minyak di negara-negara konsumen. Banyak negara Barat, dipimpin oleh Amerika Serikat, berpendapat kenaikan harga minyak akibat ketatnya pasokan minyak global, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008