Selandia Baru (ANTARA) - Seorang korban selamat dan kerabat 29 pria yang meninggal sembilan tahun lalu di salah satu bencana industri terburuk Selandia Baru mengunjungi tambang Pike River pada Kamis, menjelang upaya pemerintah untuk membuat pemulihan penuh situs tersebut.
Lebih dari dua lusin orang masuk sedalam 170 meter (560 kaki) ke tambang yang ditutup setelah serangkaian ledakan metana yang mematikan pada November 2010, Badan Pemulihan Pike River mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Polisi Selandia Baru: Semua penambang Tewas
"Sebagian besar anggota keluarga belum pernah berada di bawah tanah sebelumnya, dan itu adalah perjalanan yang sulit bagi mereka secara emosional," kata kepala operasi agensi, Dinghy Pattinson.
Radio Selandia Baru melaporkan bahwa Daniel Rockhouse, salah satu dari dua yang selamat dari bencana itu, termasuk di antara mereka yang masuk ke dalam terowongan, yang terdalam sejak ledakan. Saudaranya, Ben, terbunuh dalam ledakan.
Badan Pemulihan Pike River akan segera mulai bekerja untuk melepas segel dan bergerak lebih jauh ke area kerja tambang, di mana 29 korban dianggap berada ketika ledakan terjadi.
Baca juga: Puluhan ribu anak Selandia Baru lakukan pemogokan baru soal iklim
Ledakan itu merobek tambang di pantai barat Pulau Selatan Selandia Baru, menjebak 31 orang. Hanya dua dari mereka yang berhasil melarikan diri.
Perdana Menteri Jacinda Ardern telah berjanji sementara di oposisi bahwa Partai Buruh-nya akan mencoba memasuki tambang jika memenangkan pemilu 2017.
Pemerintah sebelumnya telah mengesampingkan masuk kembali ke tambang karena masalah keamanan, sikap yang telah ditentang oleh banyak anggota keluarga dari orang-orang yang meninggal. ($ 1 = 1,5964 dolar Selandia Baru).
Baca juga: PM Selandia Baru mohon maaf atas penanganan kasus kekerasan seksual
Sumber: Reuters
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019