Brisbane (ANTARA News) - Lebih dari seribu orang pemuda/i Katolik Indonesia ikut merayakan Hari Pemuda Sedunia (WYD) yang berlangsung di Sydney, Australia, selama enam hari mulai Selasa (15/7). Mereka berbaur bersama ratusan ribu orang anak muda Katolik yang datang dari berbagai belahan dunia.Anak-anak muda Indonesia itu datang ke Sydney secara perorangan maupun berkelompok, kata Kabid Penerangan Konsulat Jenderal RI di Sydney, Minister Counsellor Pratito Soeharyo, kepada ANTARA, Rabu, sehubungan dengan perlehatan akbar yang menghadirkan Paus Benediktus XVI itu.Di tengah momentum penting perlehatan kaum muda Katolik sedunia itu, masyarakat Katolik Indonesia yang berdomisili di Sydney, Selasa (15/7), menggelar acara "Indonesian gathering" (Kumpul Indonesia) yang diisi dengan rangkaian acara seni gerak dan lagu, katanya.Acara yang berlangsung di gedung Pusat Konvensi kawasan wisata Darling Harbour Sydney itu dihadiri sekitar 2.000 orang, termasuk Konjen RI di Sydney, Sudaryomo Hartosudarmo, dan beberapa tokoh gereja Katolik Indonesia Sydney, kata Pratito.Perayaan Hari Pemuda Sedunia sendiri resmi dibuka Uskup Agung Sydney George Pell dalam sebuah acara meriah yang dihadiri ratusan ribu orang penziarah dari berbagai negara, Selasa (15/7). Mereka memadati kawasan Barangaroo yang menjadi tempat acara pembukaan berlangsung. SMS Paus Paus Benediktus XVI tidak hadir dalam acara pembukaan itu, namun ia sempat mengirim pesan singkat (SMS). Dalam pesan SMS-nya itu, Paus menyapa kaum muda Katolik dengan menyebut diri mereka pengharapan Tuhan dan umat-Nya. "Sahabat muda, Tuhan dan umat-Nya berharap banyak dari Anda karena bersama Anda bersemayam hadiah teragung: ruhul Yesus - BXVI," sebut SMS tersebut. Pihak panitia menyebutkan 150 ribu orang sudah hadir di Sydney untuk WYD dan lebih dari 100 ribu orang di antaranya datang dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Filipina. Paus Paus Benediktus XVI yang tiba Sydney Minggu (13/7) sore itu baru muncul di tengah publik mulai Kamis (17/7) dan menyapa ratusan ribu orang peziarah peserta WYD yang akan memadati lapangan pacuan kuda "Randwick" Sydney pada 20 Juli. Seperti dilaporkan media setempat, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menyambut hangat kehadiran para penziarah dalam beberapa bahasa. Pemimpin Australia ini mengatakan, mereka hadir di Sydney untuk satu "perayaan hidup yang agung", "perayaan keyakinan (agama) yang agung" dan "perayaan harapan yang agung". PM Rudd melukiskan para penziarah Katolik yang datang ke Sydney sebagai "cahaya dunia di saat dunia penuh dengan kegelapan". PM Rudd mengatakan, ia termasuk orang yang tidak percaya dengan ucapan sejumlah kalangan bahwa "tidak ada tempat bagi kepercayaan (agama) di Abad ke-21 ini". Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa "keyakinan (agama) adalah musuh logika". Terhadap pendapat mereka ini, PM Rudd menegaskan bahwa "mereka itu salah karena kepercayaan dan pemikiran (logika) adalah dua sahabat agung dalam sejarah manusia dan masa depan kita."Minta maaf Sementara itu, selama sepekan kunjungan pertamanya di Australia, Paus Benediktus XVI berjanji menyampaikan permintaan maaf atas skandal pedofilia dan pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan gereja Katolik negara itu. Paus berkebangsaan Jerman dan lahir pada 16 April 1927 dengan nama Joseph Alois Ratzinger itu mengatakan, ia akan menyampaikan permintaan maaf seperti yang telah ia lakukan saat mengunjungi Amerika Serikat April lalu. Dalam masalah ini, Paus mengingatkan pentingnya gereja Katolik melakukan rekonsiliasi, mencegah, menolong dan melihat kesalahan. "Harus jelas bahwa seorang pendeta yang sesungguhnya tidak sejalan dengan (kekerasan seksual) ini karena pendeta melayani Tuhan kita," katanya. Media Australia menyebutkan para korban kekerasan seksual para pendeta Katolik Australia telah mengimbau Paus agar meminta maaf. Pada 2002 lalu, pihak Keuskupan Australia juga pernah menyampaikan permintaan maaf untuk kasus-kasus kekerasan seksual di masa lalu. Di tengah kehadiran Paus Benediktus di Sydney untuk merayakan WYD itu, media setempat mempublikasi hasil survei online jaringan sosial "MySpace" yang mengungkapkan mayoritas remaja dan pemuda Australia merasa gereja Katolik di negaranya "tidak bersentuhan" dengan mereka.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008