Harga minyak mendapati hampir mustahil untuk keluar dari sikap defensif mereka karena data ekonomi Amerika Serikat yang lemah...

New York (ANTARA) - Harga minyak mentah memperpanjang kerugiannya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena meningkatnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran kelebihan pasokan dan data ekonomi suram meredupkan prospek permintaan energi.

Persediaan minyak mentah AS naik selama pekan yang berakhir 27 September, Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) mengatakan dalam sebuah laporan pada Rabu (2/10/2019).

Menurut Weekly Petroleum Status Report, persediaan minyak mentah komersial AS, tidak termasuk dalam Cadangan Minyak Strategis, meningkat 3,1 juta barel dari minggu sebelumnya, lebih tinggi dari ekspektasi para analis untuk peningkatan 1,6 juta barel.

Sementara itu, serangkaian data lemah yang baru dirilis di ekonomi terbesar dunia itu membebani prospek permintaan minyak.

Ketenagakerjaan sektor swasta AS 135.000 pekerjaan pada September, turun dari 157.000 pekerjaan pada Agustus, menurut Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP bulanan yang dirilis pada Rabu (3/10/2019). Ekonom yang disurvei oleh Econoday memperkirakan kenaikan 152.000 pekerjaan.

Data ketenagakerjaan datang satu hari setelah angka-angka dari lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur Amerika Serikat turun menjadi 47,8 persen pada September, menandai level terendah sejak Juni 2009.

"Harga minyak mendapati hampir mustahil untuk keluar dari sikap defensif mereka karena data ekonomi Amerika Serikat yang lemah memicu kekhawatiran baru tentang permintaan," Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research mengatakan dalam sebuah catatan.

Harga minyak mentah berjangka yang menjadi patokan AS, Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 0,98 dolar AS menjadi menetap pada 52,64 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu untuk patokan global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember turun 1,2 dolar AS menjadi ditutup pada 57,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca juga: Rupiah menguat di bawah Rp14.200, dipicu intervensi Bank Indonesia

Baca juga: Bursa saham Inggris merosot, Indeks FTSE-100 ditutup jatuh 237,78 poin

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019