Jakarta, (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) M Jusuf Kalla menyatakan sudah seharusnya sebuah negara menyajikan laporan keuangan yang terpadu dari mulai realisasi APBN, neraca, laporan arus kas dan catatannya, bukan seperti laporan keuangan toko seperti di masa lalu. Wapres dalam Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah di Jakarta, Rabu, menyatakan kekecewaannya di masa lalu ketika baru dilantik sebagai Wapres memperoleh laporan keuangan dari menteri keuangan (Menkeu) sama dengan laporan keuangan toko. "Saya ingat betul lima hari setelah pelantikan saya katakan kepada Yusuf Anwar (Menkeu saat itu -red) saya ingin tahu berapa kekuatan keuangan kita ini, tapi kok yang saya terima itu sama dengan laporan keuangan toko," katanya disambut riuh ratusan hadirin. Wapres mengatakan ia melanjutkan bertanya soal cadangan keuangan negara dan seputar aset yang ada namun hanya membuatnya semakin marah karena dalam laporan keuangan itu antara nilai yen, dolar dan euro ditotal menjadi satu. "Ini sama dengan jamu ditambah apel ditambah kambing lalu kerbau. Apa ini laporan keuangan? Saya lempar, Depkeu ini bagaimana, konyol kita ini punya administrasi yang tidak mengetahui bagaimana kekuatannya," katanya. Karena itu, lanjut dia, ia minta laporan itu diperbaiki agar dapat diketahui berapa kekuatan keuangan negara ini setiap hari, meskipun seorang Menkeu seharusnya berpikir konservatif. Wapres mengakui bahwa menyampaikan laporan keuangan dari tahun ke tahun semakin sulit karena anggaran negara semakin besar dari yang dulu hanya Rp300 triliun sekarang sudah Rp1.000 triliun. Ia meminta masyarakat melihat juga kemajuan negara ini bukan hanya melihat hal-hal yang buruk, seperti angka kemiskinan yang berkurang dari 30 persen menjadi 16 persen. Angka pengangguran dari 16 persen berkurang jadi delapan persen juga angka inflasi. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008