Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik tipis di Asia, Rabu, setelah kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi AS memicu penurunan paling tajam harga minyak dalam 17 tahun terakhir di perdagangan New York, kata para analis. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, naik 15 sen pada 138,89 dolar AS per barrel. Kontrak turun tajam 6,44 dolar AS menjadi ditutup pada 138,74 dolar AS per barrel pada Selasa di New York Mercantile Exchange. Ini merupakan penurunan sesi tunggal tertajam sejak Januar 1991. "Saya tertegun," kata Dave Ernsberger, direktur Asia dari penyedia informasi energi global Platts. "Harga kontrak berjangka minyak mentah sempat turun 10 dolar dalam satu jam." Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik satu sen pada 138,76 dolar AS per barrel menyusul penurunan tajam 5,17 dolar AS menjadi ditutup pada 138,75 dolar AS Selasa di London. Harga minyak mentah menyusut setelah Ketua Federal Reserve AS Ben Bernanke menunjuk sebuah kisaran dari risiko-risiko ekonomi dan sebuah "ketidakpastian tingkat tinggi" tentang prospek ekonomi AS. "Penilaian suram ekonomi oleh Ben Bernanke dan proyeksi penurunan permintaan dari OPEC menjadi faktor-faktor di belakang jatuhnya harga minyak mentah," Al Goldman dari Wachovia Securities kepada AFP. Para pedagang masih cemas tentang kemungkinan pelambatan ekonomi berkepanjangan di Amerika Serikat karena negara itu mengkonsumsi hampir 20 persen produksi minyak dunia. Melambungnya harga minyak, dan bertalian harga bensin yang setinggi langit, adalah sebagaian yang dituduh sebagai penyebab ekonomi AS terpuruk. Pasar menunggu laporan mingguan cadangan energi AS yang akan dirilis Rabu. Harga minyak melambung setelah menembus 100 dolar AS pada awal tahun ini dan mencapai puncaknya di atas 147 dolar Jumat lalu. Melambungnya harga minyak memicu protes di seluruh dunia di tengah kekhawtiran tentang pertumbuhan ekonomi. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008