Jakarta, (ANTARA News) - Lita B.M meluncurkan album berjudul Tirai Kelahiran `83 sebagai kesaksian tentang kasus pembunuhan misterius (Petrus) pada era 1980-an. "Album ini saya siapkan sejak empat tahun lalu. Sebuah kerja keras yang patut disyukuri, karena tidak satupun label mau menerima," kata Lita kepada wartawan, di sela acara peluncuran di kantor Komnas Hak Asasi Manusia (HAM), Jl Latuharhary No.48, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa. Berisi 10 lagu, album Tirai Kelahiran 83 merupakan ide Lita BM dan ayah kandungnya, Bathi Mulyono. Lewat lagu-lagu seperti Tirai Kelahiran `83, Bukan Salah Bunda Mengandung, Badai Kemanusiaan `83, Mencari Jejak Ayah, Elang 83, Dogma, dan Cermin, ayah dan anak itu mengungkapkan tentang tragedi berdarah pembunuhan misterius pada rentang waktu 1983-1985, atau lebih dikenal dengan istilah Petrus (Penembakan Misterius) pada masa itu. Bathi mengakui dirinya adalah target utama Petrus. Meski demikian, kepedihan hidup yang pernah ia alami pada masa itu jauh lebih ringan dibandinkan beratnya beban derita yang harus dipikul sanak keluarganya. Menurut Lita, saat itu ibunya harus menanggung beban berat, menghidupi keluarga tanpa kehadiran sang ayah yang lari bersembunyi dari kejaran para penembak misterius. "Saya ingat, bagaimana ibu harus melahirkan (adik saya) sendiri, tanpa bantuan bidan atau dokter," katanya. Ia berharap, lewat albumnya masyarakat dan pemerintah diingatkan bahwa keluarga dan anak-anak korban pembunuhan misterius sangatlah menderita, dan bahwa para pelaku kejahatan harus ditindak sesuai hukum yang berlaku, bukan dengan cara-cara yang melanggar HAM. "Jangan sampai terulang lagi," katanya menandaskan. Ketika ditanyakan pendapatannya tentang usaha pemerintah saat ini mencegah tindakan pelanggaran HAM, Lita mengatakan dirinya tidak bisa mengomentari. "Tapi saya rasa mereka (pemerintah) telah berupaya keras untuk itu," katanya. Penggarapan album "Tirai Kelahiran 83" dibantu sejumlah musisi andal seperti Jambronk "Clorophyl", Maman Piul, Zarro Latino, Kadek, Kenny Joe, Erwin Pras (mantan bassist Dewa), Wiwik Widarbo, Raymond Timur, dan Masetro Perkusi, Ini`sisri. Peluncuran album itu diawali acara bincang-bincang tentang Pelanggaran HAM di Indonesia selama pemerintahan Orde Baru hingga kasus pembunuhan Ketua Umum Kontras Munir SH, menampilkan sejumlah orang terkenal termasuk Mulyana W Kusumah dan Jaya Suprana. Saat mendapat kesempatan berbicara, Jaya Suprana mengatakan bahwa ia adalah salah seorang anak korban kerusuhan massal. "Ayah saya hilang dan sampai sekarang saya tidak tahu keberadaannya. Saya selalu mencatat, setiap 10 tahun di negeri ini pasti terjadi pembakaran rumah orang Cina. Kalau dalam 10 tahun tidak terjadi pembakaran rumah orang Cina, saya yang bingung," katanya berkelakar. (*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008