Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan jasa keuangan global Belanda, ING, mengungkapkan sebagian besar investor di Indonesia berpendapat pasar saham akan terus mengalami penurunan pada kuartal ketiga tahun ini. Dalam siaran pers hasil survey ING disebutkan hanya 15 persen investor Indonesia optimis bahwa pasar saham akan meningkat, sedangkan 55 persen berpendapat pasar saham akan terus mengalami penurunan pada kuartal ketiga 2008. Hasil survey ING menunjukkan 55 persen investor di Indonesia berpendapat bahwa inflasi akan terus meningkat. Sementara 77 persen dari mereka menyatakan bahwa inflasi akan mempengaruhi keputusan investasi mereka pada kuartal ketiga tahun ini. Mereka juga mengungkapkan bahwa 51 persen investor Indonesia menerapkan pendekatan "wait and see" (lihat dan tunggu) sebelum memutuskan apa yang akan dilakukan, atau memilih untuk mengurangi investasi demi cadangan hidup sehari-hari dalam menghadapi tekanan inflasi. Sebagian besar investor Indonesia mempertimbangkan untuk merealokasikan portofolio investasi mereka dalam menghadapi inflasi dengan bentuk emas (50 persen) dan properti (61 persen) dalam jangka waktu tiga bulan ke depan. Sedangkan di Asia, di luar Jepang, 41 persen memiliki pandangan positif terhadap kondisi ekonomi kuartal ketiga dibandingkan 25 persen investor yang mengatakan kondisi ekonomi membaik pada kuartal kedua 2008. Sebanyak 46 persen investor Asia di luar Jepang juga berpendapat bahwa kondisi keuangan pribadi mereka akan membaik pada triwulan ketiga. Sedangkan 35 persen investor lainnya mengatakan kondisi keuangan pribadi mereka membaik pada kuartal kedua 2008. "Investor Asia kelihatannya berharap bahwa Asia dapat bertahan terhadap tekanan ekonomi global dan iklim investasi akan membaik pada kuartal ketiga 2008," kata Mike Ferrer, Regional General Manager ING Investment Management Asia Tenggara. Hal ini dipicu, lanjutnya, oleh fakta mayoritas pasar diharapkan masih dapat menunjukkan pertumbuhan yang sehat, meskipun perkembangan ekonomi di Asia sedikit melambat. "Investor-investor berpengalaman dari negara-negara maju, seperti Hongkong dan Singapura, mungkin akan lebih yakin pada kuartal ketiga 2008, karena mereka melihat peluang masuk ke pasar untuk berinvestasi pada instrumen-instrumen dengan harga rendah di pasar yang menurun," jelas Ferrer.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008