Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Pasar Uang, Edwin Sinaga, mengatakan rupiah kemungkinan akan bisa mencapai angka Rp9.000 per dolar AS karena sentimen positif yang muncul baik dari internal maupun eksternal sangat kuat mendukungnya. "Rupiah sangat memungkinkan untuk bisa mencapai level tersebut (Rp9.000) melihat emosi pelaku pasar untuk membeli mata uang Indonesia sangat besar," kata Edwin di Jakarta, Selasa. Menurut dia, kenaikan rupiah yang berlanjut hingga mencapai Rp9.125 dolar AS menunjukkan kepercayaan investor asing sangat besar, yang dimulai dengan perbaikan pendapatan anggaran belanja negara dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah sangat menyadari kenaikan BBM memberikan dampak yang luas, namun upaya ini dilakukan untuk membenahi APBN yang terus mengalami defisit, katanya. Upaya perbaikan ini, lanjut dia, karena pemerintah menjelang pemilihan umum (pemilu) sangat membutuhkan dana yang besar agar pemilu dapat berjalan dengan baik. Kondisi ini juga memicu dana domestik yang parkir di luar negeri diperkirakan akan mulai masuk ke Indonesia sehingga mendorong rupiah terus bergerak naik, katanya. Selain itu, lanjut dia, investor asing dari berbagai negara seperti kawasan Timur Tengah dan Australia juga berminat untuk meningkatkan investasi di Indonesia melihat peluang pasar di dalam negeri masih cukup baik. Peluang pasar di Indonesia masih bagus. "Kami ingin meningkatkan investasi disini karena gain yang diperoleh masih lebih tinggi,"katanya. Pasar uang, menurut dia semakin baik, setelah perusahaan tambang batubara, Adaro melakukan listing di pasar modal dengan jumlah saham yang besar dan diperkirakan akan bisa meraih dana murah sebesar Rp12 triliun. Penjualan saham yang sangat luar biasa mendorong pelaku pasar makin emosi untuk lebih membeli rupiah dan melepas dolar AS, ujarnya. Edwin Sinaga mengatakan, rupiah terus terpicu mendekati angka Rp9.100 per dolar AS, karena sentimen positif makin besar, sekalipun ada gejolak aksi mahasiswa, namun aksi tersebut dinilai wajar dalam menyampaikan aspirasinya. Kondisi pasar internal yang positif juga didukung oleh pasar eksternal dengan melemah dolar AS terhadap mata uang utama Asia sehingga memberikan nilai positif terhadap rupiah. Pelaku asing melepas dolar AS, karena khawatir pertumbuhan ekonomi AS akan semakin melambat, akibat kasus sektor perumahan di AS yang menimbulkan kerugian besar bagi sejumlah lembaga keuangan di Amerika Serikat. Karena itu, investor asing dan lokal saat ini sangat fokus terhadap pergerakan rupiah, dimana pada awal perdagangan tadi mengalami kenaikan cukup tajam sebesar 25 basis poin, demikian Edwin. (*)

Copyright © ANTARA 2008