Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia, Selasa, didukung sedikit menguatnya nilai tukar dolar AS, para dealer menyatakan. Kontrak utama New York minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Agustus turun 41 sen menjadi 144,77 dolar per barel dari penutupan Senin 145,18 dolar pada jam-jam penutupan perdagangn di AS. Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Agustus turun 24 sen menjadi 143,68 dolar per barel. "Dolar yang menguat cenderung menekan harga minyak," kata Victor Shum, analis pada perusahaan konsultan energi Purvin and Gertz yang berbasis di Singapura. Penguatan dolar AS pada Senin juga mengakibatkan aksi ambil untung dari melonjaknya harga minyak pekan lalu. Penguatan mata uang AS membuat harga minyak mentah yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi para pembeli yang menggunakan mata uang relatif lemah, sehingga mengurangi permintaan minyak mentah. Tetapi para dealer memperkirakan penrurunan terbatas pada harga minyak karena kekhawatiran pasokan dan ketegangan geopolitik di negara kaya minyak Timur Tengah seputar program pengkayaan uranium Iran. Tehran bermaksud mendorong nuklirnya untuk tujuan pembangkit energi, tetapi beberapa negara barat khawatir negara itu bermaksud membuat bom atom dan menyerukan pembekuan pengkayaan uraniumnya. Para dealer khawatir akan terjadi kekurangan pasokan dari Iran jika terjadi konflik dengan Amerika Serikat dan israel. Iran produsen minyak mentah terbesar kedua dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Selain itu pemogokan lima hari yang dimulai Selasa di Brazil oleh para pekerja di perusahaan minyak Petronas juga diperkirakan menimbulkan kekhawatiran pasokan, tambah mereka. Petrobas mengatakan bahwa produksi minyaknya turun tujuh persen akibat pemogokan di anjungan lepas pantai Rio de Janeiro di cekungan Campos , yang menyediakan 82 persen dari produksi harian perusahaan itu yang berkisar 1,8 juta barel. Harga minyak naik hampir dua kali lipat selama setahun terakhir dan lonjakan harga sejak menembus 100 dolar paer dolar pada awal 2008. Harga yang melonjak itu telah memicu munculnya berbagai protes di seluruh dunia di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi normal total produksi Petrobras 1,8 juta barrel minyak per hari, 80 persen diantaranya bersumber dari cekungan Campos. Para pedagang mengatakan memuncaknya ketegangan geopolitik di kawasan kaya minyak Timur Tengah dan kerusuhan di produsen minyak utama Nigeria juga turut mendorong harga minyak. "Itu terlihat jelas, bahwa geopolitik akan terus memicu harga minyak `rally`, karena masih memanasnya ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat tentang program pengayaan uranium republik Islam itu," kata Linda Rafield, analis senior pada perusahaan penyedia informasi energi Platts, kepada AFP. Iran produsen minyak mentah terbesar kedua Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Produksi minyak mentah negara ini sekitar empat juta barel per hari. OPEC juga mengatakan kartel tersebut tidak akan dapat menutup (menggantikan) produksi minyak Iran jika pasokan sementara terhenti akibat perang dengan Israel atau Amerika Serikat. (*)
Copyright © ANTARA 2008