Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta menguat mendekati angka Rp9.100 per dolar AS, karena pelaku aktif membeli rupiah, terpicu ekpektasi bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan semakin melambat. "Ekspektasi itu membuat pelaku asing melepas dolar AS di pasar global, sehingga mata uang AS itu melemah terhadap sejumlah mata uang utama Asia," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tajam menjadi Rp9.125 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.150/9.155 per dolar AS atau naik 25 poin. Dikatakannya, berbagai faktor positif yang muncul di dalam negeri sangat mendukung pergerakan rupiah lebih lanjut seperti besarnya penawaran saham Adaro dengan meraih dana sebesar Rp12 triliun. Emosi yang besar ini merupakan faktor menguntungkan rupiah yang dalam waktu tidak lama akan bisa menembus angka Rp9.100 per dolar AS, katanya. Kondisi ini juga didukung dengan pasar yang sangat optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6,2 persen pada triwulan pertama 2008. "Kami memperkirakan emosi pasar yang semakin besar akan memicu rupiah terus menguat," ucapnya. Menurut dia, awal dari munculnya kepercayaan pasar, ketika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menunjukkan bahwa pemerintah sangat serius menangani ekonomi yang terus tertekan dalam upaya memperbaiki tingkat pertumbuhan lebih lanjut. Apalagi menjelang kampanye Pemilu yang membutuhkan dana sangat besar, dana domestik yang diparkir di luar negeri diperkirakan juga akan kembali masuk ke pasar domestik. Dana parkir yang kembali masuk itu, karena para pelaku mempunyai kepentingan dalam menghadapi pemilu di dalam negeri, tuturnya. Sementara itu dolar AS di pasar Asia sedikit membaik 0,1 persen menjadi 1,5895 dan stabil terhadap yen 106,14, namun posisinya dalam tingkat yang rendah terhadap kedua mata uang Asia itu. Para pelaku asing sebenarnya masih khawatir dengan kasus kredit sektor perumahan di AS akibat krisis keuangan yang terjadi di negara itu. (*)
Copyright © ANTARA 2008