Jakarta (ANTARA News) - Markas Besar TNI Angkatan Laut menegaskan belum akan menambah peluru kendali (rudal) buatan China C-802. "Kita memang sudah membeli empat rudal C-802, dan karena keterbatasan anggaran, maka kita belum akan menambah lebih banyak lagi," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno menjawab ANTARA di Jakarta, Senin. Ditemui di sela-sela Rapat Kerja Panglima TNI dan Menteri Pertahanan dengan Komisi I DPR, ia mengemukakan kehandalan rudal buatan Negeri Tirai Bambu itu telah terbukti melalui beberapa kali ujicoba di Tanah Air, terakhir pada Latihan Gabungan TNI 2008. "Namun, hingga kini kita belum akan menambah jumlah C-802 sebagai salah satu alat utama sistem senjata TNI AL," katanya. Tentang kemungkinan C-802 menggantikan peran rudal Harpoon dan Exocet yang selama ini dipergunakan TNI AL, Tedjo menjelaskan hal itu masih perlu kajian lebih mendalam. "Itu mungkin saja, apalagi harganya lebih murah, tetapi kualitasnya tidak kalah. Tetapi itu perlu kajian lebih mendalam lagi," katanya. Yang penting, tambah Tedjo, pengoperasian rudal C-802 itu tidak terlalu sulit termasuk untuk dipasangkan di kapal sejenis korvet. Rudal C-802 merupakan rudal anti kapal permukaan buatan China yang mulai diperkenalkan oleh produsennya China Haiying Electro-Mechanical Technology Academy (CHETA) pada 1989. Peluru kendali buatan negeri Tirai Bambu itu menggunakan teknologi solid propellant rocket booster sebagai pendorong, dan menggunakan pemandu system inertial dan radar aktif. Peluru kendali dengan panjang 6,383 meter itu merupakan turunan dari rudal pendahulunya, yakni YI-8 atau C-801. Yang berbeda dari pendahulunya, rudal Yingji-82 atau YJ-82 alias C-802 terletak pada penggunaan bahan bakar pada mesin turbojet-nya. Jika C-801 menggunakan bahan bakar solid untuk mesin roketnya, maka pada C-802 menggunakan bahan bakar dari parafin, sehingga daya jelajahnya dapat ditingkat secara drastis dari 80 kilometer pada C-801 menjadi 120 kilometer pada C-802. Rudal C-802 berdimensi 715 kilogram dan diameter 36 sentimeter itu juga dikenal sebagai rudal yang memiliki kemampuan untuk menghindar dari radar musuh, karena selain dilengkapi perangkat anti-jamming yang terpasang pada peralatan pemandunya, rudal ini juga mempunyai kemampuan terbang rendah (sea skimming) pada awal dilincurkan, yakni 20-30 meter dan turun menjadi 5-7 meter saat akan mendekati sasaran. Dengan hulu ledak bertekanan tinggi seberat 165 kilogram plus sistem semi-armour-piercing, cukup membuat kapal musuh berpikir dua kali untuk menghadapi rudal C-802 ini. Kelebihan lainnya, rudal ini dapat diluncurkan dari berbagai anjungan (platform), mulai dari kendaraan darat, kapal perang permukaan, pesawat terbang hingga kapal selam. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008