kapal feri diminta mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter,
Cilacap (ANTARA) - Gelombang tinggi masih berpeluang terjadi di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta meskipun saat ini sedang terjadi peralihan dari musim angin timuran ke angin baratan (pancaroba), kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo.
"Saat sekarang, di wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY memang sudah memasuki masa pancaroba atau transisi dari musim angin timuran menuju musim angin baratan, namun gelombang tinggi masih berpotensi terjadi," katanya di Cilacap, Jateng, Rabu.
Kendati demikian, dia mengatakan potensi gelombang tinggi tersebut fluktuatif atau tidak sesering saat musim angin timuran khususnya pada bulan Agustus-September.
Selain itu, kata dia, tinggi gelombang maksimum diprakirakan hanya mencapai 4 meter atau tidak seperti saat puncak musim angin timuran yang bisa mencapai 6 meter.
Menurut dia, peluang terjadinya gelombang tinggi tersebut disebabkan arah embusan angin pada masa transisi bervariasi.
"Anginnya kadang masih timuran atau dari arah timur-tenggara, kemudian berbalik, sehingga kadang gelombangnya tinggi," jelasnya.
Baca juga: Pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik berdampak gelombang tinggi
Dia mengatakan gelombang tinggi akan kembali sering terjadi ketika wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY memasuki musim angin baratan.
"Musim angin baratan diprakirakan akan berlangsung mulai akhir bulan Oktober seiring datangnya dengan musim hujan. Saat musim angin baratan, di belahan bumi selatan banyak terdapat pusat tekanan rendah sehingga gelombang tinggi kembali sering terjadi dan puncaknya diprakirakan akan berlangsung pada bulan Desember," katanya.
Lebih lanjut, Teguh mengatakan pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY yang berlaku hingga tanggal 2 Oktober 2019.
Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang di perairan selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta diprakirakan berkisar 1,25-2,5 meter, sedangkan di Samudra Hindia selatan Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta diprakirakan berkisar 2,5-4 meter.
Menurut dia, gelombang tinggi tersebut dipengaruhi oleh Badai Mitag yang muncul di perairan Tiongkok, pusat tekanan rendah di Samudra Pasifik timur Filipina, serta pola sirkulasi Eddy di Samudra Hindia di barat Aceh dan Kalimatan Tengah.
Baca juga: BMKG ingatkan aktifitas Badai Tropis Mitag dan potensi asap kiriman
"Tinggi gelombang pada tanggal 3-4 Oktober diprakirakan mulai berkurang meskipun di beberapa wilayah masih berpotensi mencapai 4 meter," katanya.
Ia memrakirakan tinggi gelombang pada 3-4 Oktober untuk wilayah perairan selatan Sukabumi-Cianjur berkisar 2-3,5 meter, perairan selatan Garut-Tasikmalaya-Pangandaran berkisar 1,5-3 meter, perairan selatan Cilacap berkisar 1,5-3 meter, perairan selatan Kebumen-Purworejo berkisar 1,5-3 meter, dan perairan selatan Kulon Progo-Bantul-Gunung Kidul berkisar 1,5-3 meter.
Sementara tinggi gelombang di Samudra Hindia selatan Jabar maupun Samudra Hindia selatan Jateng-DIY diprakirakan berkisar 2,5-4 meter.
Terkait dengan hal itu, Teguh mengimbau nelayan dan semua pihak yang melakukan aktivitas di laut untuk tetap memperhatikan informasi prakiraan tinggi gelombang yang dikeluarkan BMKG sebelum berangkat melaut, khususnya yang berkaitan dengan risiko angin kencang dan gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran.
Dia mengatakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter.
"Jika memungkinkan, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlebih dahulu karena tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter sangat berbahaya bagi kapal berukuran kecil," katanya.
Selain itu, kata dia, operator tongkang diimbau agar mewaspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.
Ia mengatakan kapal feri juga diminta mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, sedangkan kapal ukuran besar, seperti kapal kargo atau pesiar, diimbau waspada terhadap kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter. *
Baca juga: BMKG: Waspadai gelombang tinggi di sejumlah perairan Indonesia
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019