London (ANTARA News) - Sebanyak 24 pelajar berprestasi dari Amerika Serikat (AS), Venezuela, Spanyol, Australia, Selandia Baru dan India yang tergabung dalam program Global Young Leaders Conference (GYLC) 2008 melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Praha, Ceko, pada Senin. Para remaja berbagai negara itu melakukan diskusi yang membahas perkembangan berbagai hal di Indonesia, ujar Sekretaris I Penerangan, Sosial dan Kebudayaan (Pensosbud) KBRI Praha, Azis Nurwahyudi, kepada ANTARA News di London, Selasa. Dia mengatakan, program yang berpusatkan di Washington DC dan dimulai sejak 1985 itu bertujuan membangun kepemimpinan di kalangan pemuda seluruh dunia melalui pembelajaran tentang berbagai masalah yang dihadapi dunia internasional dengan melakukan diskusi, pelatihan dan kunjungan lapangan. Menurut Azis, panitia GYLC 2008 memilih KBRI Praha untuk didatangi para pelajar tersebut karena Indonesia dinilai mewakili negara berkembang di kawasan Asia yang sangat dinamis.Pada kesempatan diskusi interaktif dengan KBRI Praha, ia mengemukakan, para tamu tersebut mendapat penjelasan mengenai berbagai hal yang menarik bagi mereka sebagai generasi muda. Berbagai masalah aktual di Indonesia seperti perkembangan demokratisasi, penanganan bencana alam, Islam, terorisme, kemajuan ekonomi, sampai kasus Lumpur Lapindo ditanyakan oleh para peserta. "Sebagai siswa setingkat SMA, pengetahuan mereka tentang Indonesia juga cukup memadahi," ujar Azis Nurwahyudi. Setelah diskusi, rombongan juga diperlihatkan berbagai benda-beda budaya Indonesia yang menjadi koleksi KBRI Praha. Menurut Azis, alat musik gamelan merupakan daya tarik tersendiri karena keunikan dan cara memainkannya. Sementara itu pada akhir program, mereka menikmati berbagai makanan khas Indonesia seperti jajan pasar. Azis Nurwahyudi mengatakan tahun ini panitia GYLC menetapkan Ceko sebagai negara di kawasan Eropa Tengah dan Timur yang mereka tuju. Sejumlah 200 ribu pelajar seluruh dunia dari 100 negara menjadi alumni program tersebut. Berbagai pertanyaan mengalir selama berlangsungnya diskusi diantaranya seputar proses demoktarisasi di Indonesia setelah reformasi merupakan salah satu topik yang menarik diperbincangkan. Kepada para remaja itu dijelaskan mengenai proses pemilihan umum secara langsung dan disampaikan Indonesia adalah negara demokratis terbesar keempat dengan penduduk mayoritas beragama Islam. Salah seorang siswa dari AS bertanya mengenai Islam yang dijelaskan bahwa Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat dan bagaimana masyarakat Indonesia saling menghargai agama satu sama lainnya. Adapun berbagai perbedaan yang ada seperti agama dan suku bangsa merupakan bentuk keunikan tersendiri bagi Indonesia seusai Bhinneka Tunggal Ika, ujarnya. Sedangkan siswa dari Australia mempertanyakan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia. Pada kesempatan tersebut dijelaskan perlunya membina hubungan baik dengan negara tetangga melalui berbagai kerjasama. Sebagai contoh keberhasilan dalam menangani kasus bom Bali juga karena kerjasama yang erat antara Indonesia dan Australia. Di bidang ekonomi, stabilitas perekonomian di Indonesia juga menjadi pertanyaan yang mereka lemparkan. Sementara di bidang budaya dan pariwisata, mereka mempertanyakan kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi oleh semua kedutaan Indonesia untuk meyakinkan calon wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Dijelaskan salah satu tugas dari diplomat adalah mempromosikan negaranya, termasuk dalam bidang eknomi, pariwisata dan kebudayaan. Oleh akrena itu dengan berbagai upaya seperti pameran, penyelenggaraan acara seni budaya, pemutaran film dan berbagai kegiatan yang menyangkut peningkatan kerjasama harus terus dilakukan oleh setiap diplomat Indonesia, demikian Azis Nurwahyudi. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008