Jakarta (ANTARA) - Memiliki segudang talenta dan pengalaman membuat Sultan Bachtiar Najamudin, tokoh asal Bengkulu itu kembali dipercaya rakyat di daerahnya untuk duduk di kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Ia dilantik bersama dengan 135 anggota DPD RI periode 2019-2024 lainnya di Gedung 'Kura-kura', Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (1/10).

Baca juga: Pelantikan DPR, DPD, MPR 2014-2019 - Inilah kilas baliknya

Tokoh mudah sederhana itu kemudian mengucap sumpah bersama para anggota DPD RI lainnya. Para legislator baru itu mengucapkan janji dan sumpah menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Pengucapan sumpah itu dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung (MA) Muhammad Hatta Ali.

"Apakah saudara-saudara bersedia disumpah atau dijanji menurut agama dan kepercayaan masing-masing?" tanya Hatta kepada anggota DPD RI baru tersebut.

Mereka kemudian mengucap sumpah sebagai wakil daerah di DPD RI.

Pengucapan sumpah pada pelantikan tersebut menjadi lembaran bersejarah bagi Sultan dan 135 anggota DPD RI lainnya meski menjadi wakil daerah di Senayan itu bukan merupakan barang baru bagi pria alumni Universitas Indonesia (UI) itu.

Baca juga: Empat pimpinan terpilih siap berkompetisi jadi ketua DPD RI

Menginjakkan kaki di gedung para wakil rakyat di Senayan tersebut seakan menjadi momentum "pulang kampung" bagi Sultan karena sebelumnya sempat menjadi anggota DPD RI hasil Pemilu 2009.

Kala itu ia duduk sebagai anggota DPD RI saat usianya baru menginjak 30 tahun yang menjadikan dirinya salah satu senator muda di Senayan.

Mantan pemimpin perusahaan majalah EKBIS ini menjadi anggota DPD RI dari tahun 2009 hingga tahun 2013 dan kembali ke Bumi Rafflesia menjadi Wakil Gubernur Bengkulu 2013-2015.

Yang berbeda saat ini, pria kelahiran 11 Mei 1979 itu menjadi salah satu pimpinan para senator sekaligus merupakan pimpinan termuda di antara empat pimpinan DPD RI lainnya.

Di usianya yang baru 40 tahun, membuat dirinya mudah dikenali karena memberi nuansa baru yang segar di jajaran pimpinan DPD RI.

Di kursi pimpinan senator, ia duduk bersama dengan kolega barunya, yakni Nono Sampono untuk Ketua Subwilayah Timur 2, Mahyudin dari subwilayah Timur 2.

Baca juga: Profil - Nono Sampono putra "blasteran" Maluku-Madura pimpinan DPD

Baca juga: Profil - La Nyalla, dari pengusaha, Ketua PSSI hingga anggota DPD

Sultan sendiri untuk subwilayah Barat 1 bersama La Nyalla Mahmud Mattalitti untuk subwilayah Barat 2.

Tata Tertib (Tatib) DPD Nomor 2 Tahun 2019 menyebutkan pimpinan DPD terdiri empat orang yang berasal empat wilayah yang telah ditetapkan Tatib.

Empat sub-wilayah pemilihan, meliputi sub-wilayah Indonesia Barat I, sub-wilayah Indonesia Barat II, serta sub-wilayah Indonesia Timur I dan sub-wilayah Indonesia Timur II.

Sub-wilayah Indonesia Barat I meliputi daerah, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Sub-wilayah Indonesia Barat II meliputi, Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

Kemudian, sub-wilayah Indonesia Timur I meliputi provinsi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Sub-wilayah Indonesia Timur II meliputi, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Baca juga: Paripurna akan tetapkan Puan Maharani sebagai Ketua DPR

Adik dari mantan Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin itu melenggang ke Senayan setelah memperoleh 191.499 suara berdasarkan hasil rapat pleno KPU yang digelar pada Jumat, 10 Mei 2019.

Sosok mantan CEO majalah Healt News yang muda dan dikenal luas masyarakat Bengkulu ini membuat dirinya memegang rekor perolehan suara tertinggi pemilihan senator.

Hal itu sesuai dengan prediksi sebelumnya yang menyebutkan Sultan Bachtiar akan unggul dalam perolehan suara. Sultan Bachtiar melaju ke Senayan bersama senator wakil Provinsi Bengkulu lainnya, yakni Ahmad Kanedi yang meraih 156.594 suara, Riri Damayanti yang meraih 123.934 suara, dan Eni Khairani yang meraih 109.295 suara

Sesuai dengan inti dari visi misinya, senator muda ini berjanji akan memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah yang diwakilinya termasuk untuk mendorong kesejahteraan masyarakat.

Sebelum hijrah ke DPD RI lagi, putra dari Najamudin dan Nuraini itu sempat bertarung di Pilkada Bengkulu tahun 2015.

Saat itu, pria kelahiran Anggut, Bengkulu Selatan tersebut menjadi calon gubernur Bengkulu berpasangan dengan Mujiono sebagai calon wakil gubernur. Namun, Sultan kalah dari pasangan Ridwan Mukti dan Rohidin Mersyah.

Meski begitu, Sultan yang meraih gelar sarjana S1 dari Universitas Indonesia dan S2 dari Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) itu tak patah semangat demi masyarakat Bengkulu.

Selain dikenal sebagai birokrat dan politisi, Sultan juga dikenal sebagai seorang pengusaha bahkan sempat memimpin Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bengkulu 2011-2014.

Sejumlah organisasi pernah ia pimpin di antaranya KONI Bengkulu (2011-2013) dan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Bengkulu (2011-2014). Ia pernah pula berhikmat di Kadin DKI.

Kini, tugas berat menanti Sultan dan anggota lainnya sebagai wakil daerah di DPD RI. Apalagi, ia merupakan satu dari empat pimpinan di salah satu lembaga tinggi negara tersebut dalam menjalankan amanah rakyat.

Sebagai tambahan pengetahuan, DPD RI memiliki fungsi pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu. Selain itu juga fungsi pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

Anggota DPD dari setiap provinsi sebanyak empat orang dengan masa jabatan lima tahun.

Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2019