Bentuk green bean kami ekspor, ternyata potensi pasar lokal luar biasa maka mulai kami kurangi pasar ekspor.

Magelang (ANTARA) - Pengembangan bisnis kopi PT Perkebunan Nusantara IX membidik pasar lokal karena lebih menguntungkan, kata Direktur Komersil PTPN IX Rudi Harjito.

"Selama ini kami memang menggarap pasar ekspor dan hampir 100 persen produk kopi PTPN IX diekspor, kami baru sadar bahwa pasar lokal itu luar biasa," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Selasa.

Ia menyampaikan hal tersebut usai pembukaan gerai Banaran 9 Resto Coffee & Tea ke-14 di Jalan Tidar nomor 12 Kota Magelang. Banaran merupakan satu unit bisnis di PTPN IX. Unit ritelnya itu ada restoran dan coffee, kemudian produk hilirnya antara lain ada kopi, teh, dan sirup pala.

"Selama ini menggarap ekspor, yaitu kopi di Banaran itu dikembangkan dalam bentuk green bean, belum bentuk roasting. Bentuk green bean kami ekspor, ternyata potensi pasar lokal luar biasa maka mulai kami kurangi pasar ekspor," katanya.

Baca juga: Surga itu ada pada secangkir kopi Indonesia

Ia menuturkan saat ini PTPN IX lebih konsentrasi pasar lokal dan cenderung tidak menggarap pasar ekspor lagi karena terlalu murah.

Menurut dia dalam dua tahun terakhir menggarap pasar lokal dan mulai mengembangkan dalam bentuk roasting (kopi sangrai) maupun kopi bubuk, pabriknya ada di Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Ia menyebutkan produksi kopi PTPN IX dari luas kebun sekitar 1.000-1.100 hektare bisa menghasilkan kopi biji kering antara 600-800 ton/tahun.

"Kalau dulu kami 100 persen ekspor, dalam 2 tahun terakhir ini kami sudah mulai banyak di lokal," katanya.

Menyinggung membuka gerai Banaran 9 di Kota Magelang, dia mengatakan Magelang unik, dekat dengan Yogyakata dan Borobudur dan animo anak-anak muda dan masyarakat umum terhadap kopi mulai tumbah.

"Dalam pengembangan bisnis ini tidak hanya kopi saja, tetapi tetap resto sehingga ada pendukung makanan lainnya," katanya.
Baca juga: Bisnis "coffe shop" kekinian makin digandrungi di Jakarta

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019