Beijing, (ANTARA News) - Polisi di China baratdaya telah menahan 100 orang, termasuk 39 anggota geng, karena mereka terlibat dalam aksi kerusuhan pada bulan lalu, terhadap bangunan-bangunan obor dan mobil-mobil pemerintah, kata media negara di sini Senin. Aksi protes keras itu dilakukan oleh 30.000 warga di sepanjang jalan-jalan kota Weng`an, di provinsi Guizhou, berupa gangguan-gangguan atas ketidaksenangan pada saat China mempersiapkan diri sebagai penyelenggara Olimpiade Agustus depan. Pada 28 Juni, massa menyerbu polisi dan gedung-gedung pemerintah setelah tuduhan-tuduhan tersebar bahwa polisi telah dengan sengaja menutupi kasus perkosaan dan pembunuhan seorang remaja putri setempat, dalam melindungi anak lelaki seorang pejabat setempat. Para pakar forensik yang melakukan tiga kali otopsi atas Li Shufen, gadis 16 tahun yang menjadi korban itu, telah berulangkali menyatakan kemungkinan terjadinya serangan seksual atau pembunuhan, namun kemudian mengatakan bahwa dia tewas karena jatuh. Dari 355 orang yang diperiksa oleh polisi karena terlibat dalam aksi kerusuhan itu, 100 di antaranya telah dikenakan `tahanan akibat kejahatan,` kata suratkabar resmi Harian Guizhou dalam laporannya. Sedikitnya 90 anggota geng telah ikut ambil bagian dalam aksi kerusuhan tersebut, dan 39 orang di antara mereka telah ditahan, kata laporan itu, mengutip wakil kepala kepolisian Guizhou. China, dengan wilayah yang sangat luas dan penduduk pedesaan yang miskin, sering terjadi sampai ribuan protes dan para pejabat menyebutnya sebagai `insiden massa`, dalam setiap tahunnya. Namun dalam kaitan pembangunan penyelenggaraan Olimpiade Beijing, pemerintah membasmi setiap adanya tanda-tanda kerusuhan. Weng`an sejak lama bertabur kasus korupsi, kemarahan masyarakat dan geng-geng kejahatan yang tidak terkendali, kata mantan kepala polisi daerah itu, yang kehilangan pekerjaan akibat maraknya aksi-aksi kerusuhan dan kurangnya tenaga kepolisian beberapa tahun sebelumnya, dalam wawancara dengan media China di sini, pekan lalu. Para pejabat provinsi juga memecat ketua Partai Komunis dan walikota Weng`an. Mereka mengatakan aksi kerusuhan tak bisa dielakkan membuat banyak pejabat pemerintah marah, bahkan meskipun dalam aksi-aksi itu tidak ada geng-geng kejahatan yang terlibat dalam huru-hara tersebut, demikian diwartakan Reuters. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008