Denpasar (ANTARA News) - Ribuan turis dari berbagai negara maupun wisatawan domestik menyaksikan dan mengabadikan ritual "Naga Banda", salah satu prosesi sebelum dilaksanakan pelebon atau kremasi jenazah Tjok Agung Suyasa, sesepuh Puri Agung Ubud di Jalan Raya Ubud, Bali, Minggu.Ribuan turis berbaur dengan warga memadati pinggiran Jalan Raya Ubud sepanjang sekitar satu kilometer, guna melihat dan mengabadikan arak-arakan Naga Banda, sejenis patung naga dengan panjang sekitar tujuh meter yang digotong ramai-ramai melibatkan ratusan warga yang mengenakan kaos bertuliskan "Keluarga Puri Agung Ubud".Naga Banda itu semula diarak dari Puri Agung Ubud menuju Puri Merajan Agung Peliatan yang berjarak sekitar satu kilometer. Saat keberangkatan siang hari ini kehadiran massa, termasuk wisatawan, sudah mulai melimpah, hingga memacetkan hampir semua akses jalan dari dan ke Jalan Raya Ubud.Kemudian sore harinya massa semakin melimpah, ditandai kemacetan di sana-sini, higga kendaraan tidak bisa lagi bergerak menuju Jalan Raya Ubud, sehingga mereka yang datang belakangan harus berjalan kaki dan meninggalkan kendaraannya di tempat-tempat penitipan atau di pinggir jalan. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata turut menangani media center berkaitan penyelenggaraan pelebon atas jenazah yang telah disemayamkan lebih dari tiga bulan tersebut, dengan harapan mampu mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi dan menjadi daya tarik tambahan bagi pariwista Bali. Arak-arakan Naga Banda itu diawali barisan pembawa "upakara" atau sesaji, gebogan (rangkaian susunan) bunga yang disunggi barisan kaum wanita, beberapa kelompok seni tradisional Bali, termasuk "suling gong" dengan paduan suara yang terdengar spesifik. Kemudian disusul Naga Banda yang diusung di atas rangkaian bambu, dengan lebar hampir sama dengan lebar badan jalan. Pengusungnya hampir mencapai 200 orang dan dilakukan bergantian secara terus-menerus. Prosesi pengarakan Naga Banda ini sempat "terhadang" dua unit mobil yang diparkir di pinggir jalan. Secara spontan "pasukan" pengusung Naga Banda itu ramai-ramai mengangkat mobil tersebut ke atas trotoar. Begitu berhasil meminggirkan mobil, sambutan massa pun begitu menggemuruh. Naga Banda tersebut kemudian disimpan di lokasi persiapan prosesi pelebon di Puri Agung Ubud, di dekat perampungan pembuatan "bade" yakni tempat mengusung jenazah yang akan dipelebon. Bade itu dibuat bersusun tinggi hingga 28 meter, yang nantinya harus diusung ramai-ramai menuju "setra" atau tempat kremasi (pengabean). Di belakang Naga Banda disertakan patung lembu berwarna hitam dengan ukuran cukup besar, hanya saja pergerakannya ditarik menggunakan mobil. Patung lembu itu nantinya juga mengiringi perjalanan ke "setra" saat prosesi pelebon. Kehadiran wisatawan asing terihat begitu menonjol, baik yang sekadar menyaksikan, sambil berjalan maupun yang sekaigus mengabadikan prosesi awal sebelum pelebon yang dijadwalkan berlangsung Selasa (14/7). Menurut Tjokorda Raka Kerthyasa, juru bicara Puri (keraton) Ubud, sebelum prosesi pengarakan Naga Banda pada pagi harinya juga dilakukan ritual khusus pengambilan air suci di Puri Agung Ubud, sebagai salah satu rangkaian sebelum pelaksanaan pelebon.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008