Timika (ANTARA) - Gelombang pengungsi Ilaga terus berdatangan ke Timika menyusul memburuknya situasi di wilayah itu pascapenembakan dua orang tukang ojek dan seorang penjaga kios beberapa hari lalu.
Data yang dihimpun Antara di Bandara Mozes Kilangin, Selasa, jumlah pengungsi Ilaga yang tiba di Timika sudah mencapai puluhan orang.
Pada Selasa pagi hingga siang pesawat Dabi Air Nusantara sudah tiga kali mengangkut pengungsi dari Ilaga ke Timika.
Baca juga: Kerukunan Jawa Mimika tampung puluhan pengungsi Wamena
Pada penerbangan pertama pukul 08.30 WIT, pesawat itu mengangkut 15 penumpang, terdiri atas sembilan orang dewasa dan enam anak-anak.
Selanjutnya pukul 11.00 WIT pesawat tersebut juga mengangkut sembilan penumpang, terdiri atas tujuh orang dewasa dan dua anak-anak.
Penerbangan itu juga mengangkut sejumlah peti brankas berisi uang milik Bank Papua.
Sementara pada penerbangan terakhir sekitar pukul 12.45 WIT, pesawat Dabo Air Nusantara kembali mengangkut 13 penumpang, terdiri atas sembilan orang dewasa dan empat anak-anak.
Alfrida Kana, seorang warga Ilaga yang bekerja sebagai perawat di Puskesmas Ilaga menuturkan masih banyak warga yang ingin mengungsi dari wilayah itu ke Timika karena situasi tidak aman.
Baca juga: Seratusan pengungsi Wamena ditampung di Lanud Timika
"Banyak orang mau mengungsi dari sana karena kondisi di Ilaga tidak aman lagi, cuma saja pesawat yang ke sana kurang," kata Alfrida yang sudah enam tahun bertugas di Puskesmas Ilaga sejak 2013.
Beberapa hari belakangan, katanya, warga sering mendengar bunyi tembakan senjata api.
Namun suara letusan senjata api tersebut tidak terdengar lagi pada Selasa pagi.
Lantaran situasi yang mencekam itu, sejak Senin (30/9) petugas Puskesmas Ilaga menutup seluruh operasional fasilitas kesehatan satu-satunya di ibukota Kabupaten Puncak itu.
"Mulai kemarin Puskesmas Ilaga tidak beroperasi lagi karena semua orang takut. Ada puluhan petugas di Puskesmas Ilaga, ada juga dokter," kata Alfrida sambil menggendong putranya, Galio yang baru berusia 1,5 tahun.
Warga Ilaga lainnya, Yanti, menuturkan bahwa sebagian besar warga terutama non Papua di Ilaga mengharapkan segera ke luar dari wilayah itu ke Timika.
"Banyak yang tunggu pesawat untuk turun ke Timika, tapi pesawat-pesawat dari Timika tidak berani terbang ke Ilaga karena takut ditembak. Orang-orang asli sana juga pada mengungsi ke Aula Negeler milik Pemda karena mereka juga takut," kata Yanti yang bekerja sebagai pegawai Pemkab Puncak.
Yanti mengaku sempat mengungsi sementara ke rumah Sekretaris Daerah Kabupaten Puncak pada Sabtu (29/9) dini hari pascakasus penembakan seorang penjaga kios di dekat Bandara Aminggaru Ilaga.
Yanti bersama rekan-rekannya telah menunggui kedatangan pesawat untuk dievakuasi dari Ilaga menuju Timika sejak Sabtu (29/9).
"Hari Senin (30/9) kami pergi ke Bandara Ilaga, tiba-tiba ada bunyi tembakan. Teman-teman lain bisa lolos ikut pesawat ke Timika, kami yang lain balik kanan karena tidak dapat penerbangan," ujarnya.
Selain melakukan teror penembakan, Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata/KKSB di wilayah itu juga membakar beberapa honai dan rumah warga.
Baca juga: Kapolda Papua minta para pengungsi kembali ke Wamena
Baca juga: Kisah perantau Jember menyelamatkan diri dari kerusuhan Wamena
Baca juga: Komnas HAM: Yang dibutuhkan pengungsi Wamena solidaritas kemanusiaan
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019