Palu (ANTARA News) - Pemadaman listrik secara bergilir yang dilakukan PLN Palu, Sulawesi Tengah, yang sudah berlangsung sepekan terakhir, mulai Sabtu semakin parah.
Sepanjang Sabtu, pemadaman dilakukan tiga hingga lima kali, dengan interval waktu tiga sampai enam jam.
Akibatnya, banyak warga setempat menjadi stres, dikarenakan aktivitas mereka sudah sangat terganggu. Ny. Farida (37), warga Kelurahan Talise, mengatakan, dalam seharian ini listrik di wilayahnya lebih banyak padam dari pada hidup, dan proses pemadaman pun sudah terjadi empat kali.
"Saya jadi stress dengan kerjadian ini, sebab kios jualan saya sepi pengunjung karena gelap, selain kami di rumah kesulitan mendapatkan air bersih karena mesin dap (penyedot air tanah) tidak bisa dihidupkan," katanya mengeluh.
Keluhan senada disampaikan Ny. Samsidar (41), warga Kelurahan Lolu Selatan.
Menurut ibu rumah tangga ini, akibat listrik PLN sering padam seharian ini sejak Jumat malam, dirinya menjadi stress karena aktivitas kesehariannya menjadi berantakan.
"Ketika sedang mencuci, mesin dap tidak bisa lagi dihidupkan karena listrik tiba-tiba padam. Demikian halnya dengan kegiatan masak menggunakan race cooker menjadi terhenti, akibat ketiadaan energi listrik," tuturnya mengeluhkan kejadian sepanjang Sabtu yang dialaminya
Pemadaman listrik berkali-kali dan dalam tempo 3-6 jam di ibukota Provinsi Sulawesi Tengah itu juga telah mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat setempat.
Herman, pengelola usaha foto copy "Dunia Ilmu", mengatakan, pihaknya mengalami kerugian ganda akibat pemadaman ini, yaitu tidak bisa menyelesaikan order konsumen tepat waktu, serta menambah cost pengeluaran untuk menghidupkan genset (mesin listrik).
"Sekarang ini hanya 30 persen mesin foto copy yang bisa hidupkan karena kemampuan genset terbatas. Padahal dewasa ini (memasuki tahun ajaran baru dan realisasi proyek-proyek pemerintah), begitu banyak order yang harus dikerjakan," tuturnya di sela melayani konsumen saat listrik PLN padam pada Sabtu malam.
Juga, lanjut dia, bila dalam pemadaman bergilir sepekan sebelumnya hanya mengeluarkan biaya bahan bakar premium Rp50.000 setiap dua hari untuk menghidupan genset, tapi sepanjang Sabtu ini sudah mencapai dua kali lipat.
"Bila pemadaman seperti sekarang ini berlangsung sampai sebulan, berapa kerugian yang harus dipikul pengusaha jasa foto copy," tuturnya.
Manager Hotel Dely, Sugiono, juga mengeluhkan pemadaman listrik PLN yang sudah berkali-kali sepanjang sehari (Jumat malam hingga Sabtu malam), karena telah mengganggu kenyamanan para tamu.
"Karena kemampuan genset kami sangat terbatas, terpaksa semua AC di kamar standar dan presiden suit dimatikan dan diganti dengan kipas angin. Lampu penerang pun kami minta dihidupkan hanya satu mata," kata dia.
Sugiono mengkhawatirkan akibat seringnya terjadi pemadaman pada "Sistem Kelistrikan Palu" akan semakin memukul bisnis pariwisata, termasuk jasa perhotelan, di daerahnya.
"Tingkat hunian di hotel kami saat ini saja tinggal berkisar 20 persen setiap hari, dan kondisi ini sudah berlangsung kurun tiga bulan terakhir," tuturnya, seraya mengecam menajamen PLN setempat yang "ingkar janji" sebab pada awal pekan ini mereka mengumumkan di media massa bahwa pemadaman bergilir pada Sistem Palu sudah berakhir pada Jumat pekan ini (11/7).
Sementara itu, Humas PT PLN Cabang Palu, Boyke, mengatakan terjadinya pemadaman berulangkali sejak Jumat malam (11/7), disebabkan "Sistem Kelistrikan Palu" kehilangan daya sangat besar, akibat terganggunya mesin pembangkit di PLTU Palu dan PLTD Silae.
"Dari 41Mw (Megawatt) daya mampu dari kedua mesin pembangkit tersebut, saat ini yang tersedia tinggal 19,5 Mw," kata dia kepada pers sebelumnya.
Boyke menjelaskan, untuk PLTU Palu dengan kapasitas terpasang 2x15Mw dan daya mampunya 27Mw, suplai listrik yang dihasilkan saat ini tinggal 4,5Mw. "Tidak beroperasi optimal kedua mesin pembangkit di PLTU Palu itu disebabkan kekurangan stok batubara," tuturnya.
Sedangan PLTD Silae, katanya, dari 10 unit mesin pembangkit yang ada dengan daya mampu yang tersisa tinggal sekitar 21Mw, sekarang ini hanya mampu menyumplai daya listrik sekitar 15Mw. "Masalahnya, dari dua unit mesin yang menjalani over houl (masa perbaikan), baru satu buah yakni unit lima yang selesai dikerjakan," kata dia.
Menurut Boyke, akibat daya listrik yang dihasilkan PLTU Palu dan PLTD Silae drop, pelayanan konsumen untuk "Sistem Kelistrikan Palu" (mencakup wilayah Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan sebagian Kabupaten Parigi-Moutong) hanya bisa terlayani separuhnya.
PLN Palu memperkirakan pelayanan listrik kepada konsumen di daerahnya baru akan normal sehari atau dua hari ke depan, yaitu setelah pasokan batubara untuk PLTU Palu dari Kalimantan Timur sudah tiba serta perbaikan mesin unit 10 di PLTD Silae selesai dikerjakan.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008