Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memberikan preferensi tarif bagi komponen yang digunakan untuk memproduksi produk hemat energi, salah satunya komponen kendaraan hemat energi."Kita sudah punya preferensi tarif untuk spesifik penggunaan bahan baku untuk produk hemat energi yang akan digunakan di dalam negeri. Preferensi tarifnya bisa sampai `tarif nol`," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Perdagangan dan Industri, Edi Putra Irawadi, di sela-sela acara "3rd Indonesia International Automotive Conference" di Jakarta, Sabtu.Dia mengatakan bahan baku untuk mobil ramah lingkungan yang belum diproduksi di dalam negeri diberikan preferensi tarif. Hal tersebut merupakan kebijakan baru sebagai langkah untuk mendorong pengembangan industri yang hemat energi di dalam negeri. "Hingga sejauh ini yang sudah berminat untuk mengembangkan industri yang memproduksi produk hemat energi baru Jepang, sebab sudah ada kerjasama bilateralnya," ujar dia. Sementara itu, untuk penurunan bea masuk komponen mobil ramah lingkungan sebenarnya merupakan rangsangan dalam rangka kerjasama dengan Jepang, karena pada prinsipnya kerjasama tersebut dapat meningkatkan daya saing Indonesia sendiri, kata Edi. "Nah dengan EPA (Perjanjian Kemitraan Ekonomi), Jepang akan kembangkan teknologinya. Kerjasama ini tidak hanya untuk mobil karena kita sepakat memberi tarif khusus untuk bahan baku pengembangan produk yang belum bisa didapat dari Indonesia," ujar dia. Lebih lanjut, Edi mengatakan, poin yang menjual bagi Indonesia bahwa mobil hemat energi dan ramah lingkungan yang dipasarkan di Indonesia diproduksi di dalam negeri. Sebelumnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, kebijakan menurunkan bea masuk impor kendaraan hemat energi bukan merupakan pilihan karena tujuan utama pemerintah adalah memproduksi mobil hemat energi di dalam negeri. "Kita harus lihat dulu masalah memperlunak bea masuk impor mobil ramah lingkungan, kita lihat plus minusnya," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, usai menghadiri pembukaan Indonesia International Motors Show (IIMS) 2008. Dia mengatakan di satu sisi memang ada keinginan berkembangnya mobil hemat energi di Indonesia, karena itu harus dipikirkan bagaimana instrumen bea masuk dan bagaimana instrumen lain dapat mendorong hal tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008