Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berniat mempelajari pemakaian energi alternatif berbasis etanol dari Brazil.
Niat itu dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani oleh
Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Luar Negeri Brazil Celso Amorim di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu.
Penandatanganan nota yang disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula Da Silva itu melandasi
kesepakatan kedua negara guna bekerjasama di bidang teknik produksi bahan bakar etanol.
Dalam konferensi pers yang digelar kedua kepala negara, Presiden Luiz Inacio menyatakan Brazil berhasil mengatasi krisis energi karena penggunaan energi etanol.
Menurut Luiz, Brazil telah mengembangkan energi bersih berbasis senyawa turunan alkohol itu serta bahan bakar campuran hidroelektrik.
Pengembangan energi berbasis etanol juga diikuti oleh industri
manufaktur mobil di Brazil, sehingga sebagian besar kendaraan di sana juga menggunakan bahan bakar etanol.
Brazil bahkan memiliki institut tersendiri yang khusus mempelajari
pengembangan bahan bakar dari etanol.
Negara tropis itu juga telah membangun transmisi antar wilayah guna menyalurkan energi berbasis etanol.
"Kita sudah mereformasi bidang energi dan sekarang tidak punya masalah dengan energi," kata Luiz.
Presiden Yudhoyono mengatakan Indonesia akan belajar dari kesuksesan Brazil mengatasi krisis energi.
Indonesia, lanjut dia, akan mengirim lebih banyak mahasiswa dalam
program beasiswa khusus untuk mempelajari pengembangan energi alternatif berbasis etanol.
"Dengan senang hati saya juga akan memenuhi undangan Presiden Brazil untuk mengirim tim dlegasi yang kuat menghadiri seminar internasinal tentang bioetanol di Brazil November ini," tuturnya.
Indonesia, lanjut Presiden Yudhoyono, juga akan belajar dari Brazil tentang kesuksesan mereka meningkatkan produksi pangan.
Dalam kunjungan kenegaraan selama satu hari, Brazil dan Indonesia juga menyepakati kerjasama di bidang pendidikan serta perjanjian pembebasan visa diplomatik dan paspor dinas.
Selain itu, kedua negara juga bersepakat untuk bekerjasama dalam bidang pertahanan melalui pendidikan, saling kunjung antara perwira militer, serta kerjasama industri pertahanan.
Presiden Yudhoyono dalam konferensi pers mengatakan pada akhir 2008 ia akan memenuhi undangan Presiden Luiz untuk berkunjung ke Brazil.
"Untuk menindaklanjuti hubungan bilateral ini ke tingkat yang lebih strategis," ujar Presiden.
Pertemuan antara kedua kepala negara di Jakarta merupakan yang ketiga setelah keduanya berbicara di markas besar PBB, New York, pada 2007 dan di pertemuan negara maju (G8) di Hokkaido, Jepang, pekan lalu.
"Saya optimistis kerjasama bilateral Indonesia Brazil bisa ditingkatkan karena pandangan yang serupa," kata Presiden Yudhoyono.
Selama tiga tahun terakhir, volume perdagangan kedua negara naik 155 persen dengan nilai 1,5 miliar dolar AS pada 2007.
Kedua negara telah bersepakat untuk terus meningkatkan volume
perdagangan serta membangun kontak antar komunitas bisnis.
Sebagai negara yang sama-sama memiliki hutan tropis luas, Indonesia dan Brazil juga ingin berperan dalam mengatasi pemanasan global tanpa meninggalkan kewajibannya mengolah sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat masing-masing negara.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008