Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, Provinsi Banten, sepanjang Jumat (11/7) kembali tertutup kabut tebal karena cuaca buruk yang melanda kawasan tersebut. "Saat ini kondisi Anak Krakatau sepanjang 42 km tidak terlihat jelas di pantai Anyer dan Carita akibat tertutup kabut tebal itu," kata petugas Pemantau Gunung Anak Krakatau, Dani, di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Jumat. Menurut dia, sejak dua bulan lebih Anak Krakatau diselimuti kabut tebal akibat gelombang besar dan juga tiupan angin kencang. Namun demikian, ia mengemukakan, jika mendekati kawasan Anak Krakatau, maka terlihat jelas semburan api pijar ke udara dan material vulkanik disertai bunyian dentuman keras dari akwah baru itu. Oleh karena itu, ia pun mengemukakan, hingga kini Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) di Bandung, Jawa Barat, masih melarang pendakian ke kawasan gunung api tersebut. Pengunjung dan nelayan hanya diberikan rekomendasi satu kilo meter dari titik letusan karena berbahaya akan terkena lontaran bebatuan kerikil juga gas beracun. Selama ditetapkan status waspada (level II) 3 Juli lalu, katanya, aktivitas Gunung Anak Krakatau menurun, dibandingkan masih siaga (level III). Walaupun adanya penurunan status waspada, kata dia, aktivitas letusan dan kegempaan Anak Krakatau hingga kini masih fluktuatif. Frekwensi letusan dan kegempaan tidak bisa diprediksikan per harinya. Saat ini, kemunculan letusan dan kegempaan Anak Krakatau dengan interval antara dua sampai empat jam. "Kalau dulu sewaktu status siaga (level III) letusan dan kegempaan antara tiga sampai 20 menit," katanya. Data Pos Pemantauan Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, memperlihatkan bahwa berdasarkan alat rekaman seismograf mencatat jumlah letusan dan kegempaan mencapai 172 kali, yakni vulkanik A (dalam) 34 kali, vulkanik B (dangkal) 72 kali, letusan 14 kali, tremor delapan kali, hembusan 44 kali. "Hari ini (11/7), aktivitas vulkanik Anak Krakatau meningkat dibandingkan Kamis (10/7) mencapai 90 kali," kata Dani, yang diperbantukan dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bandung. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008