Palu (ANTARA) - Ketua Umum Darul Dakwah wa-Irsyad (DDI) Sulawesi Tengah, Prof Dr KH M Asyari mengemukakan mendoakan korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi, merupakan tindaklanjut keimanan seorang manusia.
"Mendoakan berarti kita saling mengingatkan dan saling peduli dan memperhatikan antara satu dengan yang lain," katanya, di Palu, Senin.
Pernyataan KH M Asyari mengutip Firman Allah dalam Surah Albaqarah yang berbunyi "Hendaklah kalian saling mengingatkan, maka niscaya Aku (Allah) akan mengingat kalian".
Karena itu, ia mengemukakan, refleksi setahun bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang menimpa Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong menjadi momentum untuk memperbaiki diri.
Baca juga: Setahun bencana Sulteng, DDI gelar dzikir akbar doakan korban
Ia mengatakan, memperbaiki diri yakni meninggalkan perbuatan kemaksiatan yang secara jelas bertentangan dengan anjuran agama. Kemudian, meningkatkan ibadah, disertai saling mengingatkan antarsesama manusia.
DDI, ujar dia, telah melaksanakan peringatan setahun bencana Sulteng, di Kompleks Masjid Al Mujadah Kerukunan Lombok, Jalan Pue Bongo, Kelurahan Boyaoge, Sabtu (28/9).
DDI melibatkan ormas Islam dan organisasi masyarakat, yaitu Jamiyatul Qurra wal Huffazh (JQH-NU), dan persatuan guru NU (Pergunu) dan Nahdhatul Wathan Sulteng dalam dzikir akbar dan doa bersama, untuk mendoakan korban bencana.
Baca juga: Warga Aceh Jabodetabek doakan korban tsunami Selat Sunda
"Setiap orang tentu mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa 28 September 2018 lalu untuk merubah diri menjadi lebih baik. Karena bencana adalah ujian," katanya.
Refleksi setahun bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang diselenggarakan oleh DDI, dihadiri Staf Ahli Gubernur Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sulteng, Moh Nizam. Asisten Administrasi Hukum dan Organisasi Pemprov Sulteng Mulyono.
DDI melibatkan Dosen IAIN Palu Amhad Sehri untuk menyampaikan hikmah refleksi setahun bencana Sulteng yang dihadiri kurang lebih 200 masyarakat.
Baca juga: Ketua MPR doakan korban bencana Garut dan Sumedang
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019