"Konferensi ini tidak hanya berbicara mengenai pengendalian jumlah penduduk, namun bagaimana mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih baik ke depan," kata Ketua International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) Prof Siswanto Agus Wilopo di Yogyakarta, Senin.
Ia menuturkan bahwa kesuksesan Indonesia mengendalikan jumlah penduduk melalui program keluarga berencana pada masa lalu mendapat pengakuan internasional dan menjadi contoh bagi negara-negara berkembang.
"Memang harus bangga dengan prestasi tersebut, namun sekitar 10 tahun terakhir tidak banyak gaungnya," katanya.
ICIFPRH, ia melanjutkan, antara lain ingin menggaungkan kembali ke dunia internasional bahwa Indonesia tidak pernah kendor dalam program KB.
"Konferensi ini adalah wadahnya, suara kegiatan yang terkait KB. Konferensi ini dihadiri para ilmuwan sejumlah negara, praktisi, LSM, kaum muda, dan lainnya," katanya.
Siswanto mengatakan bahwa program KB sangat penting dan konferensi akan menekankan peran program keluarga berencana dalam membangun generasi yang lebih baik.
"Keluarga berencana bukan hanya masalah pertumbuhan penduduk, tetapi juga SDM," katanya.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengemukakan pertanyaan yang sering diajukan kepadanya saat keliling Indonesia, mengapa BKKBN tidak seperti yang dulu.
"Ini saya jawab, karena sekarang ekosistem pemerintah dulu beda dengan sekarang, substansi yang diusung juga beda. Tetapi spirit kita harus bangkit," katanya.
Dia menekankan bahwa Indonesia punya kekuatan yang tidak dimiliki negara lain, yakni kekuatan keluarga.
"Keluarga di Indonesia sangat solid, anggota keluarga untuk berbagi rasa dan saling mengasihi," katanya.
Prof Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia selaku Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH mengatakan bahwa Indonesia pernah menjadi pionir dalam program KB.
"Tetapi keberhasilan Indonesia dalam KB adalah tidak lepas dari peran perempuan. Perempuan yang sangat menjadi penentu dalam KB zaman dulu," katanya.
"Hak semua perempuan harus diupayakan, yaitu hak untuk memperoleh keturunan. Untuk semua perempuan, termasuk perempuan yang tidak menikah maupun remaja putri," ia menambahkan.
ICIFPRH dihadiri sekitar 800 peserta. Konferensi itu merupakan ajang diskusi tingkat nasional maupun internasional mengenai peran program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Dalam konferensi itu dibahas pula masalah pernikahan anak, kehamilan yang tidak direncanakan, dan persalinan pada perempuan usia remaja (15-19 tahun).
Baca juga:
BKKBN gandeng perguruan tinggi kembangkan penelitian kependudukan-KB
Wapres sebut KB jadi solusi kekhawatiran pangan dan kemajuan industri
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019