Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan laju inflasi hingga saat ini belum sampai pada tahap mengkhawatirkan dan optimis bisa diturunkan, dengan menggunakan berbagai instrumen moneter yang dimilikinya. "Mudah-mudahan tidak (mengkhawatirkan). Inflasi sekarang kan lebih karena harga minyak dunia yang harus kita lihat secara hati-hati, namun dari pernyataan Menkeu yang mengatakan sisi fiskal masih aman, itu membuat 'confidence' pasar dan masyarakat," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A Sarwono, di Jakarta, Jumat. Menurutnya, dengan pernyataan Menteri Keuangan yang menyebutkan bahwa APBN masih aman, meski harga minyak menyentuh 150 dolar AS per barel, membuat Bank Indonesia yakin mampu mengendalikan inflasi yang melonjak paska kenaikan harga BBM 23 Mei lalu. "Kalau semuanya aman seperti itu, skenario terburuk jangan dipikirkan dulu," tambahnya. Meski begitu, lanjutnya BI tetap menyiapkan semua instrumen moneter yang dimilikinya untuk mengantisipasi jika keadaan perekonomian dunia terus memburuk dan merembet ke perekonomian nasional. "Semua instrumen kalau kita lihat penyebab inflasi semua kita pelajari. Kita lihat timingnya yang tepat untuk dikeluarkan, kalau tidak perlu tidak usah," katanya. Dijelaskan Hartadi, 'confidence' pasar terhadap perekonomian Indonesia telah kembali terlihat dengan masuknya lagi investor-investor asing ke SBI, SUN dan pasar saham Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah menjadi menguat. "Kebijakan makro kita 'on the right track', khususnya monetary policy dan itu membuat confidence pasar kembali, meski inflasi kita tinggi mencapai 11 persen," katanya. Ditambahkannya dengan kondisi sekarang ini, BI akan mendukung berbagai langkah yang mengarah pada penguatan nilai tukar rupiah yang mampu membuat laju inflasi menurun. "Kita lebih senang kalau melihat rupiah menguat, karena dalam kecenderungan inflasi seperti ini, hal itu bisa membuat penurunan inflasi," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008