Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Golkar bidang Perhubungan, Telekomunikasi, Komunikasi dan Informatika, Theo L Sambuaga, menyatakan dengan nomor urut 23, Partai Golkar tetap percaya diri menghadapi pentas demokrasi nasional pada Pemilu 2009 mendatang. "Kami optimistis dengan nomor urut itu dapat memenangi hati dan pikiran rakyat. Fokus kami sekarang ialah 'how to win the heart and mind of the people'. Kita bertarung 'fair' saja," katanya kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis, menanggapi nomor urut 23 yang diperoleh partainya, sesuai hasil undian di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Secara terpisah, kepada pers, Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia (UI), Dr Sri B Ekowardani, berpendapat sebetulnya nomor urut partai politik (Parpol) peserta Pemilu tidak berarti secara politis. "Tapi saya setuju bahwa angka kecil lebih mudah diingat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) dan menambah rasa percaya diri," katanya. Namun, bagi Theo Sambuaga, dengan nomor apa saja, sesungguhnya Partai Golkar tidak menghadapi masalah. "Partai Golkar sudah berpengalaman dengan nomor berapa saja. Kita pernah dapat nomor urut dua, 20, 33 dan kini nomor urut 23, sungguh angka yang menarik," kata. Theo sendiri ikut mendampingi Ketua Umum DPP Partai Golkar, Jusuf Kalla ,dan Sekjen Sumarsono, dalam pengundian nomor urut partai peserta Pemilu 2009 di Kantor KPU Jakarta, Rabu lalu. "Jika kedua angka itu (dua dan tiga) ditambahkan, maka akan berjumlah lima. Dalam artikulasi kader Partai Golkar, lima itu berarti sama dengan Pancasila dan Pancabakti Golkar," kata Ketua Komisi I DPR RI. Namun yang paling penting, lanjutnya, dengan angka apapun, Partai Golkar siap memenangkan Pemilu dengan tiga cara, yakni pertama terjun langsung di tengah publik dan meninggalkan cara-cara elit "berteriak dari atas". Kedua, katanya mengandalkan kampanye dialogis yaitu pertemuan dari hati ke hati dan menangkap langsung aspirasi dan pikiran rakyat yang mutlak akan diperjuangkan partai. Ketiga, lanjut mantan Sekjen DPP KNPI itu, Golkar tidak lagi mengandalkan rapat umum yang terkesan mewah dan glamour, walaupun hal itu juga menjadi salah satu bagian dari strategi kampanye partai. "Secara nasional, sesuai ketentuan jadwal kampanye, Partai Golkar segera melakukan kampanye mulai 12 Juli 2008. Sejak itulah seluruh kader dan fungsionaris partai disebar ke berbagai pelosok, tidak hanya berdiri di atas panggung-panggung kampanye," kata mantan pimpinan Presidium Pusat GMNI itu. (*)
Copyright © ANTARA 2008