Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda meresmikan Program Pelatihan Diplomatik bagi Diplomat Palestina di Jakarta pada Kamis. Peresmian itu dilakukan dengan menyematkan pin kepada dua peserta program disaksikan Dutabesar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi. "Ada 10 orang yang akan mengikuti pelatihan selama enam pekan, empat pekan di dalam kelas dan dua pekan magang serta berkunjung ke beberapa daerah," kata Menteri Luar Negeri. Menurut Hassan, Indonesia melihat pelatihan diplomat itu sebagai kegiatan awal dari tekad negara Asia-Afrika membantu Palestina meningkatkan kemampuannya. "Melalui ini, kita memberikan momentum pada upaya memberikan pelatihan di berbagai bidang dan mendorong bangsa lain Asia-Afrika melakukan hal serupa dalam rangka menyiapkan kemerdekaan Palestina," katanya. Hassan mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sangat mengharapkan proses tersebut terus bergulir, sehingga pada lima tahun mendatang makin banyak rakyat Palestina memanfaatkan kegiatan itu. Menteri Luar Negeri juga menghargai kegigihan diplomat Palestina, yang harus melewati berbagai rintangan dan kesulitan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Hal itu, tambah dia, merupakan cermin dari kedekatan hubungan persahabatan kedua negara tersebut, yang terjalin erat selama ini. "Indonesia selalu mendukung perjuangan bangsa dan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaan dan hidup berdampingan secara damai, yang merupakan cermin dari prinsip dasar Indonesia dalam alinea pertama Pembukaan UUD 1945," katanya. Ia mengharapkan, melalui pelatihan tersebut, diplomat Palestina belajar mengenai banyak hal dari Indonesia, khususnya pengalaman Indonesia menjadi negara besar demokrasi di dunia. Sementara itu, Dutabesar Fariz Mehdawi menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pemerintah Indonesia untuk pelatihan tersebut, yang merupakan wujud peningkatan hubungan kedua negara itu pascakunjungan Presiden Mahmoud Abbas ke Indonesia. Ia menyebut Indonesia, yang mengalami perkembangan penting dalam pencapaian demokrasi, contoh sangat tepat bagi Palestina. Saat ditemui seusai pelantikan itu, Direktur Jenderal Informasi dan Hubungan Luar Negeri Palestina Hani Mk Odeh, yang juga peserta pelatihan itu, mengatakan bahwa pelatihan seperti itu sangat berguna bagi mereka. Ia juga mengakui bahwa perjuangan untuk dapat keluar dari Palestina tidak mudah. Untuk dapat menuju Amman, Yordania, Odeh harus melalui perbatasan Jericho, yang dijaga pasukan Israel. Agar dapat memperoleh ijin keluar, Odeh mengaku kepada penjaga bahwa ia akan mengunjungi keluarganya di Yordania. "Saya sempat tertahan 24 jam," katanya. Pelatihan tersebut merupakan kelanjutan penandatnganan nota kesepahaman mengenai kerjasama pendidikan dan pelatihan pada 22 Oktober 2007 oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Palestina Riad Maliki di Jakarta, yang disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Tujuan pelatihan tersebut adalah meningkatkan kemampuan diplomat dan pejabat pemerintah Palestina dan sebagai bagian dari dukungan Indonesia untuk membantu pemerintah Palestina dalam menyiapkan kemerdekaannya. Pelatihan tersebut dilaksanakan enam minggu pada 10 Juli hingga 22 Agustus 2008. Selama pelatihan, diplomat Palestina mengikuti tiga kegiatan, yaitu pelatihan diplomatik di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri, magang di satuan kerja Departemen Luar Negeri dan Kegiatan Kebudayaan Indonesia untuk belajar mengenai kebudayaan Indonesia di Semarang dan Yogyakarta.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008