Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, melemah setelah naik tajam menembus angka Rp9.200 per dolar AS karena pelaku pasar aktif memburu dolar yang dipicu kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi AS. "Krisis keuangan yang terus berlanjut di Amerika Serikat merupakan faktor utama ekonomi AS tumbuh melambat, meski demikian dolar AS masih mampu bergerak naik," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.170/9.175 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.160/9.192 per dolar AS atau turun 10 poin. Menurut dia, penurunan rupiah saat ini dinilai wajar setelah mengalami kenaikan cukup tajam, sehingga posisinya jauh di bawah angka Rp9.200 per dolar AS. Hal ini terjadi karena pelaku pasar mencari untung (gain) atas kenaikan rupiah yang cukup tajam, ujarnya. Rupiah, lanjut dia, juga tertekan oleh pasar regional akibat merosot bursa Wall Street. Jadi pasar saat ini didominasi aksi lepas rupiah. Namun rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi, karena sentimen pasar masih tertuju pada mata uang lokal itu, katanya. Sentimen positif terhadap rupiah itu akan mendorong rupiah mendekati angka Rp9.150 per dolar AS, namun kenaikan itu agak tertahan, karena pelaku melakukan aksi lepas untuk mengambil untung (profit-taking) akibat kenaikan rupiah yang cukup besar. Perburuan rupiah diperkirakan akan terjadi pada sore nanti, setelah aksi lepas berlangsung pada pagi ini, katanya. Tingginya tingkat suku bunga dan aktifnya investor asing bermain di pasar domestik, merupakan faktor yang mendorong rupiah menguat hingga jauh di bawah Rp9.200 per dolar AS. Jadi peluang rupiah untuk bisa menguat lagi hingga di bawah angka Rp9.150 per dolar AS diperkirakan masih tetap tinggi, katanya. Sementara itu dolar AS terhadap yen naik 0,1 persen menjadi 106,90, euro menjadi 1,5730 per dolar AS. Dolar Australia juga turun mendekati angka 0,9475 per dolar AS. (*)
Copyright © ANTARA 2008