Toyako, Hokkaido (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan kepada Sekjen PBB Ban Ki-Moon untuk mengupayakan pertemuan selanjutnya di tingkat menteri dari negara-negara yang mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara industri maju (G8) Hokkaido.
"Perlu secepatnya diadakan pertemuan di tingkat menteri G8 dan delapan negara lainnya yang mengikuti KTT kali ini, sehingga apa yang telah dicapai dari KTT Hokkaido tidak sekedar menjadi komitmen semata," kata Presiden seperti yang disampaikan juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal di Toyako, Rabu.
Hal itu disampaikan seusai presiden mengadakan pertemuan bilateral dengan Sekjen PBB Ban Ki-Moon di hari terakhir KTT G8.
Keduanya juga terlibat pembicaraan serius mengenai upaya-upaya penanggulangan masalah lingkungan dan perubahan iklim, serta mendorong agar Peta Jalan Bali (Bali Road Map) bisa betul-betul efektif dalam mendorong komitmen dari Protokol Kyoto sebelum berakhirnya konvensi tersebut pada tahun 2012.
"Upaya-upaya negosiasi untuk tercapainya suatu konsensus menjadi penting sebelum berakhirnya Protokol Kyoto," kata presiden.
Sekjen PBB, Ban Ki-Moon juga sependapat perlunya menjaga momentum dari Bali Road Map termasuk upaya mengimplementasikannya. Berbagai perjanjian internasional diharapkan sudah terwujud pada tahun 2009, tiga tahun sebelum Protokol Kyoto berakhir.
"Apa yang telah menjadi kesepakatan bersama hendaknya bisa terlaksana secara "on time" dan juga "on track," katanya.
Lebih jauh Sekjen PBB asal Korea Selatan itu mendorong agar program "adaptation fund" bisa segera terealisir. Negara-negara maju bisa secepatnya memberikan dukungan dana bagi upaya-upaya penanggulangan perubahan iklim di negara berkembang.
Ia juga memuji kerja sama yang telah dilakukan Indonesia dengan Australia di bidang perdagangan karbon (carbon trade) dan pengelolaan hutan.
Komitmen KTT G8 di Hokkaido berintikan tercapainya komitmen negara maju dan berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta membangun kerja sama internasional yang lebih erat lagi, baik dalam masalah ketahanan pangan maupun keamanan energi .
Sedangkan pertemuan dengan Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick menghasilkan dukungan bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, bahkan pola kerja sama Indonesia dan Australia bisa menjadi percontohan bagi negara maju dan berkembang dalam menjalin kerja sama yang erat.
Sebelumnya, dalam acara makan siang bersama, usulan Indonesia mendapat sambutan baik dari Brazil, dan India, yakni agar negara maju dan berkembang duduk bersama untuk menghasilkan sesuatu rekomendasi yang kongkrit guna mengatasi masalah ketahanan pangan dan keamanan energi, sebelum melangkah lebih jauh dalam mengatasi persoalan perubahan iklim global.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008