Jakarta (ANTARA News) - Pemindahan waktu kerja bagi industri dari hari kerja ke Sabtu dan Minggu memberatkan pengusaha karena berarti harus menambah biaya lembur karyawan, sedangkan pemadaman listrik tidak terjadwal dapat menambah potensi kerugian perusahaan."Kita mau sih normal saja, tidak ada perubahan waktu kerja ke Sabtu-Minggu. Pemerintah tidak sadar bahwa ada industri yang kerjanya memang setiap hari untuk memenuhi permintaan, jadi mau dipindah hari apa lagi itu yang harus dipikirkan," kata Direktur Marketing PT Hartono Istana Teknologi, Christ Iwan Arsianto, usai peluncuran televisi Polytron U Slim di Jakarta, Rabu.Lebih lanjut, dia mengatakan, perusahaannya tidak memiliki antisipasi atau rencana pemindahaan waktu kerja hingga saat ini menyusul rencana pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) lima Menteri untuk merubah waktu kerja guna menghemat listrik."Kita tunggu saja lah dulu keputusan pemerintah bagaimana, baru kita pikirkan lagi nanti langkah apa yang akan kita ambil," katanya. Menurut dia, pemadaman secara mendadak oleh PT PLN (Persero) memang sangat merugikan bagi industri. Perusahaannya sendiri memang miliki genset sebagai antisipasi jika ada pemadaman listrik, tetapi tentu genset yang digunakan tidak dapat menyokong produksi dalam waktu lama secara terus-menerus. "Genset ada tapi kapasitasnya tidak terlalu besar. Kita juga berarti harus bergantung dengan membeli solar dengan jumlah besar jika pemadaman terus terjadi," ujar dia. Sementara itu, menurut Manager Produk dari Departemen Pemasaran PT Hartono Istana Teknologi, Handojo Soetanto, rata-rata industri elektronik aktif berproduksi 24 jam sehari, dan kebanyakan beroperasi setiap hari. Hanya bagian pemasaran atau kantor saja yang bekerja sesuai dengan "office hour" (jam kantor). "Kalau yang dilakukan pengaturan waktu kerja bagian pemasaran ya itu mungkin saja terjadi. Tapi jika untuk pabrik sendiri rasanya tidak mungkin karena beroperasi selama 24 jam secara terus-menerus," ujar dia. Dia mengatakan sangat memahami kondisi suplai PLN untuk listrik saat ini. Namun tetap diharapkan yang terpenting adalah suplai listrik tetap terjaga tanpa ada pemadaman tidak terjadwal. Menurut dia, masalah pasokan listrik mati mendadak sangat gawat untuk industri. Adanya perpindahan mendadak dari PLN ke genset sudah pasti merusak barang-barang yang sedang melalui tahap produksi. "Kapasitas produksi Polytron saat ini sekitar 300 televisi setiap jamnya untuk satu "line up". Jika mendadak listrik padam akan ada tiga hingga lima televisi yang akan rusak," katanya. Saat ini, dia mengatakan, Polytron memiliki total 30 "line up" yang setiap "line up" nya memproduksi kurang lebih 300 unit produk elektroknik. Dan setiap pemadaman terjadi akan ada sekitar satu persen televisi yang rusak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008