Toyako, Hokkaido (ANTARA News) - Hari ketiga KTT G8 di Toyako, Hokkaido, negara industri maju G8 sepakat untuk mendorong perluasan teknologi ramah lingkungan di negara berkembang untuk mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca, sekaligus membangun ikllim yang lebih sehat. Hal itu tercapai dalam pertemuan antara G8 dengan negara berkembang dalam sesi Major Economics Leaders Meeting yang membahasa perubahan iklim dan maslah energi di Hotel Windsor, Toyako, Rabu. Hal lainnya yang juga menjadi penekanan dalam pertemuan itu adalah peningkatan dukungan dana bagi upaya-upaya mengurangi emisi gas yang bisa sejalan dengan pencapaian tujuan jangka panjang melalui inovasi teknologi, peningkatan infrastruktur dan pengelolaan energi yang efisien, demikian laporan ANTARA News dari Hokaido. Para pemimpin tersebut menekankan pentingnya kerja sama dan alih teknologi ke negara berkembang, karena di masa mendatang kegiatan riset dan pengalihan inovasi teknologi menjadi krusial. Pertemuan G8 dengan para pimpinan dari China, India, Brazil, Meksiko, Afrika Selatan, Australia, dan Korsel serta Indonesia dilakukan setelah acara makan pagi bersama dan semuanya berkomitmen agar kerjasama dapat dilaksanakan dengan baik. Secara khusus negara berkembang menekankan kebutuhannya untuk meningkatkan produksi pangan sebaga dampak dari lonjakan harga pangan dunia dan juga sejumlah masalah lainnya seperti meroketnya harga minyak dunia, pengembangan bio fuel serta ulah spekulan. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan singkatnya mengemukakan pentingnya negara maju dan berkembang memastikan kelanjutan dari Peta Jalan Bali untuk mengatasi persoalan perubahan iklim secara bersama. "Ini adalah persoalan global sehingga memerlukan kerja sama secara global juga. Dengan dasar saling menghormati kewajiban masing-maisng dan kemampuan dari setiap negara," kata Presiden. Ia mencontohkan kerja sama antara Indonesia dan Australia di bidang karbon, yang proyeknya dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan hutan di Kalimantan yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sevabanyak 700 juta ton dalam jangka waktu 30 tahun yang mencakup 70 ribu hektar hutan di wilayah tersebut. Kepala Negara lebih jauh memberikan contoh kerja sama yang konstruktif antara negara berkembang dengan negara maju yang bisa dicontoh di seluruh dunia. Sudah saatnya negara maju dan berkembang memiliki target jangka panjang untuk mengurangi emisi sebanyak 50 persen dari kondisis saat ini hingga tahun 2050. Di akhir sambutannya, Presiden menekankan agar negara anggota G8 memberikan pesan yang jelas dan bukti kepada dunia bahwa penanganan perubahan iklim perlu ditangani secara serius.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008