Brisbane (ANTARA News) - Australia kembali berduka setelah seorang personel pasukan elit (SAS)-nya, Signaller Sean McCarthy (25), tewas akibat kendaraan patroli yang dikendarainya terkena serangan bom tepi jalan gerilyawan Afghanistan di wilayah selatan negara itu Selasa (8/7) sore. Dengan gugurnya McCarthy berarti Australia sudah kehilangan enam tentaranya sejak memulai operasi militer di Afghanistan tahun 2002, kata Panglima Angkatan Bersenjata Australia (ADF) Marsekal Angus Houston dalam keterangan persnya yang dikeluarkan Departemen Pertahanan Australia di Canberra, Rabu. Dalam insiden itu, tiga orang tentara lainnya terluka. Dua di antaranya adalah anggota ADF sedangkan seorang lainnya adalah anggota pasukan Koalisi yang ikut berpatroli bersama pasukan Australia, katanya. Namun Angus Houston tidak menyebut asal negara prajurit Koalisi yang terluka itu. Segera setelah kejadian, para prajurit yang tewas maupun yang terluka dievakuasi dengan helikopter ke fasilitas medis di Tarin Kowt. Gugurnya Signaller Sean McCarthy juga menambah jumlah personil SAS yang tewas dalam tugas di Afghanistan. Pada Oktober 2007, Sersan Matthew Locke, tentara Australia dari resimen pasukan elit "Special Air Service" (SAS) yang pernah bertugas di Timor Timur pasca-jajak pendapat 1999, juga tewas ditembak gerilyawan Taliban di Provinsi Oruzgan. Kehadiran ratusan tentara Australia di Provinsi Afghanistan Selatan itu dimaksudkan untuk mengamankan para personel Satgas Rekonstruksi bersama kontingen pasukan NATO asal Belanda yang bermarkas di Tarin Kowt. Penempatan pasukan Australia di negara yang menjadi basis Taliban dan kelompok Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden itu sudah dimulai sejak pemerintahan Perdana Menteri John Howard. Sejak awal pemberangkatan pasukannya ke Afghanistan, Howard sudah mengingatkan tentaranya bahwa misi mereka di Afghanistan itu berbahaya dan tidak mudah. (*)
Copyright © ANTARA 2008