Jakarta, (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al Muzzammil Yusuf menilai, Pemilu 2009 bisa menjadi ukuran seberapa besar kepercayaan publik terhadap partai-partai politik yang ada. "Rakyat sekarang sudah kritis terhadap semua partai baik partai berbasis nasionalis, sosialis, Islam, Kristen, dan lain-lain," katanya di Jakarta, Rabu. Menurut Al Muzzammil, rakyat akan melihat konsistensi partai-partai tersebut, sehingga peluang 34 partai yang akan berlaga pada Pemilu 2009 sangat tergantung pada konsistensi partai itu sendiri. Anggota DPR dari daerah pemilihan Lampung itu berpendapat, tidak ada jaminan partai yang berbasis nasionalis atau sosialis lebih berpeluang dari partai-partai Islam atau yang berbasis agama, dan juga sebaliknya. "Terlebih akhir-akhir ini citra berbagai fraksi di DPR juga sangat memprihatinkan. Demikian pula angka warga yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput) pada Pilkada sekarang sudah mencapai 40 persen," katanya. Karena itu, lanjutnya, partai yang bisa menunjukkan idealismenya akan potensial "menggoda" atau meraih simpati orang-orang yang mau golput jadi berbalik memilih partai tersebut. Untuk partai baru yang belum punya rekam jejak atau "track record", Muzzammil menilai, kemungkinan rakyat akan melihat tokoh-tokoh besar pendirinya dan juga tokoh-tokoh besar pendukung partai itu yang ada di provinsi, kabupaten, dan kota. Meski demikian, katanya, kecenderungan munculnya politik uang pada Pemilu 2009 cukup besar. "Sikap masyarakat bawah mungkin akan permisif terhadap segala jenis `money politics` dari berbagai partai, tapi selama 10 tahun reformasi saya kira akan memberi sikap kritis pada masyarakat untuk bisa bersikap `ambil uangnya, tapi pilih yang meyakinkan komitmen perjuangannya`," katanya. Dikatakannya, jika masyarakat menganggap tidak ada partai atau calon anggota legislatif yang memiliki komitmen perjuangan membela masyarakat, maka angka golput bisa semakin besar. "Jadi, Pemilu 2009 memang bisa menjadi ukuran seberapa besar kepercayaan publik pada partai-partai yang ada," katanya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008