Pattani, Thailand (ANTARA News) - Tersangka pejuang Melayu pada Selasa menambak tewas satu pasangan dan membakar mayat mereka di tepi jalan dalam kekerasan terahir di daerah bergolak Thailand, yang berpenduduk sebagian besar suku Melayu di pedalaman Selatan. Warga Siam Thai Chachawan Sonkamnong dan istrinya --Amphai-- ditembak mati dalam penyergapan di daerah Mayo, propinsi Pattani, sekitar 750 kilometer selatan Bangkok, saat mereka bersepeda motor untuk bekerja di perkebunan karet, kata polisi. Putera berusia 14 tahun mereka, Suphot, yang juga di motor itu, berhasil melarikan diri dari penyerang tersebut. Pelakunya, diduga pejuang Melayu, menyiram mayat korban itu dengan minyak tanah dan membakarnya di tepi jalan. "Kami percaya, penyerang itu adalah orang dari daerah tersebut untuk menakut-nakuti penduduk setempat," kata Mayor Jenderal Thawatchai Samusakorn. Pada Senin di daerah Nong Chik, juga di Pattani, penyerbu menyerang truk tentara pengawal anak-anak ke sekolah, menewaskan dua tentara. Tiga anak-anak cedera akibat bus sekolah mereka menabrak sesudah serangan tersebut. Itu merupakan kekerasan terahir di pedalaman selatan, daerah mencakup propinsi Narathiwat, Pattani, dan Yala di Thailand. Lebih dari 2.700 orang tewas akibat bentrok dan balas dendam di daerah perbatasan sejak Januari 2004, saat pejuang Melayu menyerang gudang persenjataan tentara dan melarikan lebih dari 300 senjata, yang mendesak pemerintah menumpas perjuangan panjang perlawanan itu. Ketiga propinsi berbatasan dengan Malaysia itu merupakan kesultanan Melayu Pattani lebih dari 200 tahun lalu sebelum jatuh di bawah kekuasaan Bangkok. Lebih dari 80 persen dari dua juta warga ketiga propinsi itu adalah orang Melayu, membuat daerah tersebut perkecualian di Thailand, yang sebagian besar penduduknya dari suku Siam. Lima orang tewas akibat penembakan di wilayah Melayu Thailand selatan, tempat perlawanan berkobar empat tahun terahir, kata polisi pada Senin. Dua pria Siam, berusia 42 dan 54 tahun, tewas akibat penembakan berkendaraan terpisah di Pattani, satu di antara tiga propinsi bergolak di sepanjang perbatasan selatan dengan Malaysia, kata polisi. Di Yala, propinsi terdekatnya, tiga orang Melayu penyadap karet tewas sesudah pejuang menembaki pondok tempat mereka tinggal di perkebunan itu, kata polisi. Pemerintah memperoleh sedikit kemajuan dalam mengenali pejuang tersebut, yang jarang menyatakan bertanggungjawab untuk serangan mereka. Tujuh orang tewas dalam empat penembakan terpisah di daerah rusuh Thailand selatan, kata polisi, Sabtu. Dalam penembakan Sabtu pagi, saksi menyatakan setidak-tidaknya, lima gerilyawan dalam sebuah truk menembaki sebuah kedai minuman di daerah Raman, propinsi Yala, menewaskan empat warga desa dan melukai lima lagi. Di daerah dekatnya, Bannang, propinsi Yala, seorang pria Siam Thailand berusia 56 tahun ditembat mati dan dipancung sebelum tubuhnya dibakar pada Jumat, sementara putranya, berusia 28 tahun, luka parah. Seorang pria Melayu berusia 41 tahun ditembak mati di truknya dalam serangan di daerah sama tidak lama sesudah itu. Di propinsi tetangganya, Pattani, seorang pensiunan guru ditembak mati pada Jumat petang di daerah Meung setelah meninggalkan sebuah masjid, demikian dpa.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008