Bengkulu (ANTARA News) - Hasil tes cepat (rapid test) yang dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, ditemukan tiga ekor ayam di Kabupaten Rejang Lebong positif terjangkit flu burung (Avian Influenza-AI)."Pekan lalu kita menerima laporan 15 ekor ayam mati mendadak di Rejang Lebong dan setelah dicek dengan `rapid test` tiga ekor diantaranya positif terjangkit AI," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu Irianto Abdullah di Bengkulu, Selasa.Namun, menurut dia, hasil tes cepat tersebut masih perlu dibuktikan kebenarannya, karena itu sempel tiga ayam yang positif IA telah dikirim ke Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner (BPPV) Lampung untuk diteliti lebih lanjut.Provinsi Bengkulu telah memiliki Laboratorium Kesehatan Hewan, namun belum ada alat untuk meneliti flu burung."Untuk pengujian kita menggunakan rapid test, bagi yang positif AI dirujuk ke BPPV Lampung. Hasil tes cepat itu belum tentu benar," katanya. Ia mencontohkan, dari hasil tes cepat yang dilakukan pada 12 ekor ayam mati mendadak di Kabupaten Lebong ditemukan satu positif AI, namun setelah diuji di BPPV Lampung ternyata negatif, dan hanya ditemukan virus Newcastle Disease (ND) atau penyakit ngorok. Meski hasil rapid test masih perlu dibuktikan, menurut dia, tetap dijadikan pegangan dalam pencegahan penyebaran flu burung. "Jika pada satu kawasan ditemukan ayam mengindap AI berdasarkan rapid test, kita langsung melakukan pencegahan melalui penyemprotan dan depopulasi (pembunuhan) pada radius 100 meter," katanya. Hal serupa dilakukan di sekitar kematian ayam mendadak di Kabupaten Lebong dan Rejang Lebong. Provinsi Bengkulu, kata dia, merupakan daerah rendah penyebaran flu burung, namun tetap waspada karena virus mematikan itu sudah masuk ke daerah itu. Dalam melakukan pencegahan, Irianto tetap tidak mau melakukan vaksinasi karena dinilai tidak efektif bahkan dikhawatirkan justru menjadi penyebab penularan virus H5N1 itu. "Sejak awal kita menolak vaksinasi karena selain tidak efektif juga bisa menjadi penyebab penularan, karena yang digunakan sebagai vaksin itu merupakan virus aktif yang dilemahkan bukan virus mati," katanya. Karena masih aktif dan hanya dilemahkan, maka bisa saja ketika disuntikan virus tersebut kembali aktif dan justru menjadi sumber penyakit.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008