Sleman (ANTARA) - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meningkatkan patroli terhadap pelajar yang berada di luar pada jam sekolah untuk menekan siswa yang membolos dan mencegah tawuran antarpelajar.
"Sasaran kami adalah pelajar-pelajar yang ada di luar, seperti warung, warnet, pusat perbelanjaan dan lokasi strategis lainnya yang sering jadi tempat nongkrong pelajar yang bolos sekolah," kata Kepala Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Satpol PP Kabupaten Sleman Dedi Widianto di Sleman, Jumat.
Menurut dia, adanya sejumlah pelajar yang nongkrong bersama-sama di luar sekolah cukup rawan dan berpotensi menimbulkan gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat.
Baca juga: Disdik Jabar telusuri sebaran ajakan demontrasi kepada siswa di Garut
Baca juga: KPAI imbau sekolah pantau siswa agar tak ikut demo
Baca juga: Antisipasi demonstrasi di Surabaya, pemkot liburkan siswa sekolah
"Apalagi beberapa hari lalu ada lagi peristiwa penganiayaan yang mengakibatkan satu pelajar meninggal dunia, dan pelakunya juga kelompok pelajar," katanya.
Ia mengatakan, selama ini pihaknya telah berkali-kali melakukan razia pelajar yang berada di luar pada jam sekolah.
"Pelajar yang terjaring razia jumlahnya puluhan, rata-rata para pelajar yang membolos sekolah tersebut kebanyakan sedang nongkrong di warung," katanya.
Dedi mengatakan, saat dilakukan razia juga sempat menemukan siswa yang membawa senjata tajam. Hal inilah yang dikhawatirkan dapat memicu tindak kriminal.
"Terhadap pelajar yang kedapatan bolos sekolah, ada indikasi tindakan kriminal atau tidak tetap kami tindak," katanya.
Ia mengatakan, dengan dilakukan razia pelajar, selama ini efektif untuk menekan siswa yang bolos sekolah. Sejauh ini dari beberapa kali upaya penindakan di seluruh kecamatan banyak siswa yang terjaring berasal dari luar Sleman.
"Mayoritas pelajar dari luar, terutama daerah perbatasan dengan kabupaten lain, seperti kemarin waktu kami razia di Moyudan ditemukan siswa dari Bantul," katanya.
Selama ini, kata dia, pihaknya hanya melakukan pembinaan, karena tanggung jawab siswa saat jam belajar merupakan kewenangan sekolah dan orang tua.
Sebelumnya Kapolda DIY Irjen Pol Ahmad Dofiri menyebut masih ada geng sekolah di Yogyakarta.
"Meski sudah berkurang, namun jumlahnya masih puluhan. Kami sudah mendata. Paling banyak geng di Sleman dan Kota Yogyakarta," katanya.
Menurut dia, pihaknya juga melakukan analisa, sejumlah kasus kekerasan pelajar bermula dari keributan antar geng sekolah.
"Padahal kekerasan pelajar sejak beberapa bulan terakhir sudah tidak ada lagi. Analisa kami dimana banyak geng sekolah di situ banyak kejadian perkelahian antar pelajar. Kami prihatin ini ada kejadian lagi," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019