Singapura (ANTARA News) - Harga minyak meningkat di perdagangan Asia, Selasa, bersamaan dengan pembicaraan yang sangat ditunggu mengenai melonjaknya harga minyak mentah oleh para pemimpin negara-negara industri kaya di dunia. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Agustus, lebih tinggi 67 sen pada 142.04 dolar AS per barel setelah merosot 3,92 dolar AS untuk ditutup pada 141,37 dolar AS pada Senin di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah Brent North Sea untuk Agustus 48 sen lebih tinggi pada 142,35 dolar AS dari penurunan 2,55 dolar AS menjadi 141,87 dolar AS per barel pada Senin di London. "Pasar masih agak sedikit turun dari sejak mulai kemarin di Asia," kata Dave Ernsberger, direktur kawasan Asia perusahaan penyedia informasi energi global, Platts, di Singapura. Kontrak New York itu mencapai rekor tertinggi 145,85 dolar AS dan Brent menyentuh tertinggi sepanjang masa pada 146,69 dolar AS pada Kamis lalu. Para pemimpin Kelompok Delapan (G8) dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang Rusia dan Amerika Serikat yang bertemu di Jepang akan memfokuskan hari kedua KTT mereka pada harga minyak dan pangan yang mencapai rekor. Krisis tersebut mendongkrak inflasi, memunculkan krisis pangan dan mengancam merusak pertumbuhan ekonomi global. "Para pemimpin dijadwalkan akan membicarakan perekonomian dunia dan fokus pada bagaimana untuk mengatasi inflasi dan melonjaknya harga komoditas primer, termasuk minyak," kata seorang pejabat di kementerian luar negeri Jepang kepada AFP. "Saya pikir apa yang diperhatikan masyarakat pada pagi ini adalah apa yang akan dikatakan oleh para pembuat kebijaksanaan," kata Ernsberger. "Para pemimpin G8 jelas sedang mencoba untuk membicarakan agar pasar mereda." Dalam pembicaraan sebelum KTT, Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda mengatakan ia dan Presiden AS George W. Bush setuju bahwa upaya-upaya mendesak diperlukan untuk mengatasi melonjaknya harga minyak dan pangan. Harga minyak telah meningkat dua kali lipat selama tahun ini. Analis mengatakan harga mereda pada Senin setelah pada akhir pekan Iran menawarkan untuk berunding mengenai program nuklirnya, namun tanpa membekukan pengayaan uranium, dalam komentar pertamanya sejak merespon terhadap paket internasional yang bertujuan mengakhiri penolakan yang panjang terhadap Barat. Iran, produsen minyak mentah nomor empat dunia, mengatakan program nuklirnya untuk menghasilkan listrik sementara sejumlah negara Barat khawatir negara itu sedang mengembangkan senjata nuklir. Dengan pasokan yang ketat, harga minyak juga bergerak dalam merespon fluktuasi mata uang dolar AS, kata analis. Melemahnya mata uang AS membuat minyak mentah dengan harga dolar AS lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. (*)

Copyright © ANTARA 2008