Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta secara perlahan-lahan merangkak naik hingga mencapai angka Rp9.200 per dolar AS, karena pelaku pasar tetap membeli rupiah dalam jumlah yang tidak besar. "Aksi beli rupiah oleh pelaku pasar mengakibatkan rupiah menguat hingga mencapai angka Rp9.200 per dolar AS, setelah beberapa lama bergerak dalam kisaran antara Rp9.210 sampai Rp9.220 per dolar AS, " kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp9.200/9.205 per dolar AS dari sehari sebelumnya pada Rp9.205/9.209 per dolar AS. Ia mengatakan, pasar masih positif terhadap rupiah setelah pemerintah melakukan penawaran Surat Utang Negara (SUN) di luar negeri sehingga Bank Indonesia (BI) tidak perlu mengeluarkan cadangan dolarnya untuk memenuhi kebutuhan BUMN. Rupiah kemungkinan besar akan kembali menguat pada sore nanti yang disusul dengan melemahnya harga minyak mentah dunia setelah sempat mencapai angka 145 dolar AS per barel, katanya. Rupiah, lanjut dia akan bisa berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, namun kenaikan itu harus diwaspadai, karena dikhawatirkan apabila ada isu negatif pasar maka rupiah akan mudah terkoreksi. BI diperkirakan akan tetap berada di pasar untuk menjaga rupiah, sehingga posisi mata uang Indonesia berada dalam kondisi yang aman. BI sebenarnya menginginkan rupiah berada di bawah angka Rp9.300 per dolar AS pada kisaran antara Rp9.250-9.275 per dolar AS, ucapnya. Membaiknya rupiah, menurut dia, karena potensi pasar Indonesia yang dinilai investor asing masih bisa memberikan gain (keuntungan) yang lebih baik ketimbang pasar lainnya. Hal ini terlihat dari aksi penawaran obligasi dalam bentuk dolar AS yang sangat diminati pelaku asing, akibat selisih bunga rupiah terhadap dolar AS sangat tinggi mencapai 6,75 persen (8,75-2,00), katanya. Bahkan investor asing optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bisa mencapai enam persen melihat aktifnya pemerintah membangun infrastruktur dalam upaya meningkatkan ekonomi tumbuh lebih cepat. Apalagi sejumlah investor asing juga berminat untuk meningkatkan investasinya seperti dari India, Australia, dan China yang mendorong ekonomi nasional berjalan sebagaimana adanya, katanya. Sementara itu dolar AS terhadap yen turun, karena kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi AS yang makin melambat, akibat sejumlah lembaga keuangan AS yang mengalami kerugian. Dolar AS terhadap yen turun 0,2 persen menjadi 106,95 dan euro terhadap dolar AS sedikit berubah menjadi 1,5730 dari sebelumnya 1,5730. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008
TINGKATEUN DEUI...SING....
LEUWIH HADE...
PRESIDEN INDONESIA BELUM ADA YANG BISA MENYETABILKAN....EKONOMI INDONESIA...
KECUALI PAK HARTO....
HIKHIKHIK.....
PAK SBY BUKTIKAN LAH.......:D
MASYARAKAT SABR NYA.....