New York, (ANTARA News) - Harga minyak anjlok pada perdagangan Senin waktu setempat atau Selasa dinihari WIB, menyusul berkurangnya ketegangan geopolitik terkait program nuklir Iran dan menguatnya dolar AS. Sabagaimana dilaporkan AFP, kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, merosot tajam 3,92 dolar AS menjadi ditutup pada 141,37 dolar AS per barrel. Pada mulanya, kontrak telah menyusut lebih dari lima dolar AS sebelum memperbaiki kembali beberapa penurunannya. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun 2,55 dolar AS menjadi mantap pada 141,87 dolar AS per barrel. Harga minyak mundur kembali, setelah kontrak New York encapai rekor tertinggi 145,85 dolar AS dan Brent mencapai posisi puncak selama ini 146,69 dolar AS pada Kamis lalu. Lantai perdagangan New York tutup pada Jumat lalu, karena libur untuk memperingati Hari Kemerdekaan AS. Harga minyak mendingin setelah Iran pada akhir pekan lalu menawarkan sebuah negosiasi untuk merundingkan pemusnahan nuklirnya, namun tanpa membekukan pengayaan uranium, dalam komentar pertamanya dalam merespon sebuah paket internasional yang bertujuan mengakhiri penolakan. Ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, Senin mengatakan, ia berharap melakukan pertemuan pada akhir bulan ini dengan negosiator utama nuklir Iran, setelah Teheran memberikan tanggapannya terhadap sebuah paket insentif untuk menghentikan pengayaan uranium. "Menyusul berita bahwa Iran kemungkinan bersiap untuk melakukan kompromi pada program pengembangan nuklirnya, harga minyak sedikit melemah," kata para analis pada konsultan energi John Hall Associates di London. Iran, produsen minyak mentah nomor empat terbesar dunia, bersilang pendapatn dengan Barat tentang program energi nuklirnya. Negara ini mengklaim program nuklirnya untuk pembangkit listrik, sementara beberapa negara Barat menkhawatirkan Teheran akan mengembangkan senjata nuklir. Enam kekuatan dunia sedang menawarkan Iran teknologi dan perundingan jika negara itu mensuspensi atau menghentikan sementara pengayaan uraniumnya. Para pedagang mengatakan penguatan mata uang dolar AS juga menekan harga minyak. "Greenback menguat, memperpanjang kenaikan dari akhir pekan lalu dan membantu menempatkan lebih banyak tekanan terhadap harga minyak," kata analis Sucden, Andrey Kryuchenkov. Sebuah penguatan mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal untuk para pembeli yang menggunakan mata uang yang melemah, sehingga menurunkan permintaan terhadap minyak. Dolar AS "rally" terhadap mata uang utama lainnya pada Senin, setelah Presiden AS George W. Bush, pada akhir pekan jelang pertemuan Kelompok Delapan (G8) di Jepang, mengatakan pemerintahannya mendukung sebuah dolar yang kuat. Minyak memecahkan rekor tertinggi pekan lalu, didorong oleh ketegangan politik antara Iran dan AS, melemahnya dolar AS dan ketatnya pasokan minyak global, kata para pedagang. Tingginya harga minyak -- yang mendorong kenaikan biaya bensin, bahan bakar jet, dan listrik domestik serta gas di antara bahan bakar lainnya -- telah memicu kekhawatiran tentang inflasi dan pertumbuhan ekonomi dunia. Melonjaknya harga minyak, terutama harga bensin, telah menimbulkan protes di seluruh dunia. Kelompok negara kaya G8 -- Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat -- membuka sebuah pertemuan Senin, yang bertujuan mengatasi meroketnya harga minyak dan pangan yang mengancam menggelincirkan ekonomi global.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008