London (ANTARA News) - Harga minyak jatuh di bawah 140 dolar AS barrel pada Senin, karena mata uang AS menguat dan ketegangan internasional terhadap negara produsen minyak utama Iran mengendor, kata para analis. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, turun tajam 5,64 dolar AS menjadi 139,65 dolar AS per barrel dalam "pit trading". Kontrak telah mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah 145,85 dolar AS pada 3 Juli 2008. Pada Senin, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun 3,83 dolar AS menjadi 140,60 dolar AS dalam transaksi elektonik. Brent telah mencapai rekor tertinggi 146,69 dolar AS pada Kamis lalu. Lantai perdagangan AS tutup pada Jumat lalu untuk peringatan hari kemerdekaan Amerika Serikat. Minyak berjangka merosot pada Senin, "dengan New York menyetarakan Brent, karena para pedagang di Amerika datang kembali untuk bekerja setelah libur panjang akhir pekan," kata analis Sucden, Andrey Kryuchenkov. "Greenback menguat (pada Senin), memperpanjang kenaikan dari akhir pekan lalu dan membantu menempatkan lebih banyak tekanan pada harga minyak," tambah dia. Sebuah penguatan mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal untuk para pembeli yang menggunakan mata uang yang melemah, sehingga menurunkan permintaan terhadap minyak. Dolar AS "rally" terhadap mata uang utama lainnya pada Senin, setelah Presiden AS George W. Bush, berbicara pada akhir pekan jelang pertemuan Kelompok Delapan (G8) di Jepang, kata administraturnya yang mendukung sebuah dolar yang kuat. Minyak memecahkan rekor tertinggi pekan lalu, didorong oleh ketegangan politik antara Iran dan AS, melemahnya dolar AS dan ketatnya pasokan minyak global, kata para pedagang. Tingginya harga minyak -- yang mendorong naik biaya bensin, bahan bakar jet, dan biaya litrik serta gasa -- mengakibatkan inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Harga minyak tinggi juga mengundang protes di seluruh dunia. Kelompok negara kaya G8 -- Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat -- membuka sebuah pertemuan Senin, yang bertujuan mengatasi meroketnya harga minyak dan pangan yang mengancam menggelincirkan ekonomi global. Sementara pada akhir pekan lalu, Iran, menawarkan untuk merundingkan pemusnahan nuklirnya namun tanpa membekukan pengayaan uranium, dalam komentar pertamanya dalam merespon sebuah paket internasional yang bertujuan mengakhiri penolakan. Ketua bidang kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana, Senin mengatakan, ia berharap melakukan pertemuan pada akhir bulan ini dengan negosiator utama nuklir Iran, setelah Teheran memberikan tanggapannya terhadap sebuah paket insentif untuk menghentikan pengayaan uranium. "Menyusul berita bahwa Iran kemungkinan bersiap untuk melakukan kompromi pada program pengembangan nuklirnya, harga minyak sedikit melemah," kata para analis pada konsultan energi John Hall Associates di London. Enam kekuatan dunia sedang menawarkan Iran teknologi dan perundingan jika negara itu mensuspensi atau menghentikan sementara pengayaan uranium, yang membuat negara-negara Barat khawatir akan digunakan untuk membuat senjata atom. Iran merupakan produsen minyak mentah nomor empat dunia, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008