Jakarta (ANTARA) - PT Light Rapid Transit (LRT) Jakarta menyampaikan klarifikasi atas kritik penumpang terkait fasilitas kursi stainless steel kereta yang tidak dilapisi busa.

"Kalau kursi kereta yang pakai busa itu justru sudah kuno. Kereta di negara lain seperti Malaysia dan Singapura juga sama, hanya pakai bangku stainless steel," kata General Manager Operasi dan Pelayanan PT LRT Jakarta, Aditya Kesuma di Jakarta, Kamis.

Kereta seharga Rp18 miliar per unit gerbong itu diklaim memiliki standar kenyamanan yang sama dengan kereta pada umumnya.

Kursi tanpa bantalan busa itu sengaja dipilih dengan pertimbangan jarak tempuh penumpang yang relatif pendek, hanya sekitar 5,8 kilometer pada fase pertama pembangunan menghubungkan Velodrome dengan Stasiun Boulevard Utama.

Baca juga: Penumpang bandingkan fasilitas LRT dan KRL
Baca juga: Stasiun LRT Pegangsaan Dua beroperasi mulai besok pagi

Gerbong LRT memiliki fasilitas tempat duduk sebanyak 40 unit rangkaian kursi berbahan stainless steel dengan lapisan antikarat galvanis.

Setiap gerbong memiliki kapasitas maksimum penumpang sebanyak 270 orang. "Kita (LRT) jaraknya juga dekat," katanya.

Kursi stainless steel tanpa balutan busa juga merupakan strategi pihaknya dalam meminimalisasi biaya perawatan.

"Kalau kursinya berbusa, perawatan bisa repot," katanya.

Aditya tidak menampik penggunaan kursi kereta berbahan busa yang dibalut material kain pada sejumlah negara maju di Eropa.

"Itu kan karena mereka bermusim dingin. Penumpangnya bisa lebih hangat di atas kursi busa. Beda dengan di Indonesia," katanya.

Pernyataan itu menjawab kritik yang disampaikan penumpang LRT tujuan Velodrome, Yohana dan seorang rekannya bernama Aulia.

"Kalau saya bandingkan, kursi duduknya lebih enak di KRL, sebab ada bantalan busanya. Sementara LRT materialnya besi semua, jadi agak kurang nyaman. Agak licin dan keras," kata Yohana.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019