Kebijakan tersebut diinisiasi oleh Presiden Tsai Ing Wen pada tahun 2016 dengan menjadikan 18 negara di wilayah Asia Tenggara dan Australasia sebagai rekanan kerja sama.
“Tujuannya sederhana, yaitu untuk melakukan konsolidasi dan menguatkan hubungan yang substantif dengan negara tetangga kami, dan salah satu negara dan rekan yang kami prioritaskan adalah Indonesia,” ujar Lan usai seminar bertajuk potensi kerja sama daur ulang limbah plastik di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Taiwan akan sasar kerja sama limbah plastik dengan Indonesia
Baca juga: Kemenperin: Indonesia bisa jadi hub industri elektronika Taiwan
Di bawah Kebijakan Baru ke Arah Selatan itu, Lan menambahkan, Taiwan dan Indonesia sudah menandatangani setidaknya 12 kesepakatan kerja sama dalam dua tahun terakhir.
“MoU Taiwan dan Indonesia mencakup sektor tradisional, perdagangan, investasi, pendidikan, ketenagakerjaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, dan bahkan kami membidik peluang kerja sama dalam sektor lainnya,” kata dia.
Adapun kerja sama berikutnya yang targetkan adalah pada sektor penanggulangan dan daur ulang limbah plastik di lautan yang saat ini masih dalam tahap penjajakan.
“Saya rasa sektor ini betul akan menjadi prioritas, bisa dilihat dari banyak sekali pembicara yang datang dari Taiwan khusus untuk menghadiri seminar ini, dan hal itu menunjukkan keinginan kami berkoordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya,” ujar Lan.
Baca juga: Taiwan bidik wisatawan Indonesia dengan wisata halal
Baca juga: Taiwan ajak masyarakat Indonesia coba "bubble tea" di tempat asalnya
Pewarta: Suwanti
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019