Ambon (ANTARA) - Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Maluku mengintensifkan pos tanggap darurat untuk menangani dampak gempa magnitudo 6,8 yang mengguncang Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah maupun Seram Bagian Barat (SBB) pada Kamis pukul 08.46 WIT.
Penjabat Sekda Maluku, Kasrul Selang, dikonfirmasi ANTARA, Kamis mengatakan, Gubernur Maluku, Murad Ismail yang sedang tugas dinas di Jakarta saat mengetahui gempa, maka berkoordinasi dengan Forkopimda setempat lainnya untuk mengintensifkan tanggap darurat.
Posko tanggap darurat di kantor Gubernur Maluku yang telah mengambil langkah - langkah kebijakan untuk menangani dampak gempa.
"Terpenting berkoordinasi dengan BMKG dan Stasiun Geofisika Ambon untuk secara intensif menginformasikan perkembangan gempa, termasuk menyosialisasikan tidak terjadi tsunami yang sangat meresahkan masyarakat sehingga berlarian ke daerah ketinggian di berbagai daerah," ujar Kasrul.
Begitu juga membangun tenda - tenda untuk menampung pasien RSUD dr.M. Haulussy Ambon karena khawatir gempa susulan yang masih mengguncang hingga Kamis (26/9) sore.
Pasien RSU Tulehu diungsikan ke kampus Universitas Darussalam di desa Tulehu, kecamatan Salahutu, kabupaten Maluku Tengah, selanjutnya menempatkan polisi untuk mengamankan fasilitas kesehatan tersebut.
"Kami juga membuka dapur umum karena rumah makan tidak buka untuk menyalurkan makanan ke lokasi - lokasi pengungsian dengan meminta peranserta masyarakat sekiranya bsia menyiapkannya sendiri," kata Kasrul.
Dia mengemukakan, PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara juga dikoordinasikan untuk menjaga pemasokan listrik, terutama di malam hari.
"Terpenting masyarakat tidak terprovokasi isu - isu menyesatkan seperti akan terjadi gempa susulan magnitudo besar pada pukul 15.00 WIT sehingga warga menjadi panik," tandas Kasrul.
Sedangkan, Kadis Sosial Maluku, Sartono Pinning, rmasi, Kamis siang, membenarkan, tiga warga meninggal yakni satu Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Narti Rumain akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Selain itu, penambang pasir di desa Nania, kecamatan Teluk Ambon, Mateis Frans karena tertimbun pasir dan warga dusun Wailusun, desa Waai, pulau Ambon, kabupaten Maluku Tengah, La Nai akibat reruntuhan bangunan.
Sedangkan, yang terdata sedang menjalani perawatan di rumah sakit adalah Djamila Lasaiba dan Ggamar Assagaff karena tertimpa reruntuhan bangunan di IAIN Ambon.
Pantauan Antara, masyarakat kota Ambon dan sekitarnya saat ini mengungsi ke kawasan tinggi di berbagai wilayah karena khawatir terjadi tsunami, kendati Kepala Stasiun Geofisika Ambon, Sunardi telah menyampaikan gempa tidak menimbulkan gempa.
Gempa sebelumnya dengan magnitudo 6,8 berpusat di 40 km timur laut Ambon Maluku, 43 km Tenggara Seram bagian Barat, 59 km Barat daya Maluku Tengah, 92 km timur laut Buru Selatan dan 2420 km timur laut Jakarta.
Gempa susulan kekuatan magnitudo 5,6 terjadi di timur laut Ambon, Maluku, pada 09.39 WIT setelah gempa gempa dengan magnitudo 6,8 terjadi pada 08.46 WIT.
Data BMKG, gempa tersebut terjadi pada pukul 09.39 WIT dengan kekuatan magnitudo 5,6 dengan pusat gempa ada di kedalaman 10 kilometer di bawah laut dan berjarak 18 km sebelah timur laut Ambon.
BMKG juga memberikan imbauan pada masyarakat untuk berhati-hati terhadap gempa bumi susulan yang mungkin terjadi.
Baca juga: Satu anggota keluarga Basarnas meninggal dunia saat selamatkan diri
Baca juga: Ambon hadapi 54 kali gempa susulan
Baca juga: AP I: Bandara Pattimura Ambon beroperasi normal pascagempa 6,8 SR
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019