Seoul, (ANTARA News) - Polisi Korea Selatan mengatakan sekitar 50.000 orang berunjuk rasa di Seoul, Sabtu, untuk menentang perjanjian impor daging sapi AS dan kebijakan presiden baru. Jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat Korea Selatan menentang perjanjian yang Presiden Lee Myung-bak tandatangani April untuk membuka pasar bagi daging sapi AS. Tapi, sekitar dua pertiga responden mengatakan kini juga waktunya untuk menghentikan unjuk rasa yang meningkat lebih keras dalam beberapa pekan belakangan ini. Penyelenggara unjuk rasa, yang mencakup kelompok sipil, pemimpin agama dan kelompok buruh militan, mengatakan mereka mengharapkan ratusan ribu orang akan hadir. Tidak ada insiden besar kekerasan dalam beberapa jam pertama unjuk rasa itu. Unjuk rasa itu mulai awal Mei oleh orang-orang yang memprihatinkan kemungkinan penyakit anjing gila dalam daging sapi AS tapi kemudian tumbuh menjadi forum tempat berbagai masyarakat luas berkumpul untuk menyampaikan keluhan terhadap Lee, yang menang dalam pemilihan Desember dengan kelebihan suara amat banyak. Lee melihat dukungannya merosot dan beberapa pengamat mengatakan ia tidak dapat melaksanakan pembaruan seperti memprivatisasi perusahaan milik-negara dan mengubah sistim pensiun kecuali ia memperoleh dukungan rakyat. Unjuk rasa pekan lalu menyebabkan ratusan pengunjuk rasa dan polisi anti huru-hara yang diwajib-militerkan terluka, mendorong pemimpin agama bergabung dengan unjuk rasa dengan harapan menenangkannya. Utusan dagang Korea Selatan dan AS telah mengerjakan kembali perjanjian daging sapi Juni dengan perjanjian sektor-swasta yang membatasi perdagangan daging sapi hingga ternak di bawah 30 bulan usianya, meskipun akan menimbulkan risiko rendah bagi penyakit anjing gila, dan melarang pengapalan bagian tubuh yang berbahaya. Pemimpin AS dan Korea Selatan mengatakan tidak ada bukti ilmiyah yang menunjukkan daging sapi AS yang menuju ke Korsel menimbulkan risiko penyakit yang merusak otak itu. Daging sapi AS kembali pekan ini ke rak-rak toko di Korea Selatan, yang pernah menjadi pasar terbesar ketiga untuk produk itu dengan penjualan tahunan sekitar 850 juta dolar sebelum Seoul melarang penjualannya pada 2003 karena mewabahnya penyakit anjing gila di AS. Pengecer besar menolak menjual produk itu karena takut membuat benci orang Korea, tapi beberapa tukang daging independen yang menawarkan daging sapi AS cepat terjual. Masyarakat mengantri untuk membeli produk yang dijual sedikitnya separuh harga daging sapi Korea itu.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008