Jakarta (ANTARA News) - Partai dan organisasi politik yang solider dengan kondisi rakyat dan konsisten mengamalkan prinsip akuntabilitas serta transparansi akan menjadi anutan bagi rakyat, sebaliknya partai atau organisasi politik yang tidak memahami keterpurukan akan mudah ditinggalkan rakyat.Demikian orasi pengamat politik dari LIPI Dr Mochtar Pabottingi dalam Peringatan Dekrit 5 Juli di Jakarta, Sabtu. Acara yang juga dihadiri sejumlah tokoh politik, termasuk mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, ketua Partai Hanura Fuad Bawazier dan Ketua Umum Partai NKRI Sys NS juga diwarnai peluncuran Tabloid Indonesia Monitor.Menurut Pabottingi, di mana pun dan kapan pun rakyat tidak pernah terlalu bodoh untuk menyambung dirinya dengan tiap partai yang konsisten membela dan mengangkat harkat hidupnya.Dia mengemukakan, partai dituntut untuk kembali menegaskan paradigma ideologis masing-masing. "Partai yang semula bertolak sebagai kekuatan reformis, namun kemudian terkontaminasi Orde Baru menghadapi tugas berat," katanya.Partai dan organisasi pejuang dengan landasan ideologis serta sistem pengaderan yang baik, bisa menerapkan kebijakan akses publik, yaitu melarang tiap anggotanya hidup bermewah-mewah di tengah kesulitan rakyat. Mochtar Pabottingi juga mengingatkan pentingnya kristalisasi politik. "Tanpa kristalisasi politik, tanpa kejelasan posisi-posisi politik, oposisi yang kredibel akan mati dengan sendirinya, digantikan oleh merajalelanya korupsi dan oportunisme," katanya. Karakter dan prinsip-prinsip politik luhur menguap di gelanggang. Bersamaan dengan hal itu, elan politik yang hendak menegakkan akuntabilitas, transparansi, pemerintahan bersih dan pertanggungjawaban menguap pula. Ketiadaan kristalisasi politik, kata Pabottingi, mengakibatkan keadaan yang sangat menyedihkan. "Seluruh tatanan politik, hukum, ekonomi dan moralitas kita menjadi rawan distorsi dan ketiadaan pertanggungjawaban," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008