Los Angeles, (ANTARA News) - Pemanasan global menaikkan tingkat "keasaman samudra" dan merusak sebagian organisme hidup paling penting dalam jaringan makanan di laut, demikian peringatan beberapa ilmuwan AS.
Lautan di dunia sekarang menyerap jutaan ton gas pemanasan global setiap tahun, sehingga membantu memperlambat langkah perubahan iklim, tapi manfaat itu kini jauh tertekan oleh perubahan ekstrem yang merusak dalam susunan kimia air akibat pemanasan global, demikian antara lain isi dua studi yang disiarkan di dalam jurnal Science di Los Angeles, Jumat.
"Meskipun perubahan tersebut menakutkan, hampir tidak mungkin untuk meramalkan bagaimana peningkatan keasaman yang tak pernah terjadi sebelumnya ini akan mempengaruhi seluruh ekosistem," kata Ken Caldeira, ahli atmosfir dari Departmen of Global Ecology di Carnegie Institute, Stanford.
Caldeira dan rekannya mengangkat masalah tersebut di dalam jurnal Science, terbitan Juli.
Hanya dua pekan lalu di dalam jurnal yang sama, Richard Feely, ahli kimia kelautan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Seattle, melaporkan bahwa samudra di dunia telah menjadi setidaknya 30 persen lebih asam sejak Era Industri dimulai lebih dari 20 tahun lalu.
Study oleh Feely memperingatkan jika buangan gas rumah kaca terus tak terkendali, lautan di dunia pada abad ini akan menjadi 150 kali lebih lebih asam dibandingkan hari ini.
Laporan tersebut memperlihatkan perairan samudra yang berasal dari kedalaman di sepanjang Pantai Pasifik dari Kanada hingga Meksiko mengancam bermacam organisme kelautan karena karbon dioksida, gas utama rumah kaca, memenuhi air dan meningkatkan keasaman korosifnya.
Setiap mata air di sepanjang Pantai Barat, angin dari barat-laut berhembus sangat kuat melintasi permukaan laut ke arah pantai dan mendorong arus ke atas, demikian penjelasan Feely. Pada gilirannya, naiknya air membawa air yang dipenuhi karbon dioksida dari dasar laut dalam ke arah permukaan.
Kemudian, saat gas itu bercampur dengan air laut, gas tersebut berubah jadi karbon asid, dan ketika keasaman air menjadi cukup kuat, itu dapat melarutkan sel-sel kalsium karbonat dari banyak hewan paling penting di laut.
Asam itu dapat membahayakan semua jenis hewan laut, dari kerang plankton mikroskopik hingga paruh cumi-cumi raksasa.
Beberapa ilmuwan sudah melaporkan kerusakan parah yang diakibatkan oleh keamanan air laut pada karang, baik karang laut dangkal di daerah tropis hingga karang laut dalam yang tak banyak diketahui di samudra udara --yang juga memerlukan kalsium karbonat untuk membangun rumah kerangka tulangnya.
Namun, remis, tiram, kepiting, landak laut, cumi-cumi dan jenis plankton mikroskopik yang berkulit karbonat yang membentuk makanan bagi banyak hewan mulai yang berukuran kecil hingga ikan paus juga adalah organisme yang dapat jatuh korban peningkatan keasaman lautan, demikian studi Feely.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008
Asia Martabak Jepang mulai mengembangkan sayapnya pada tahun 2002 dengan berdirinya 2 buah counter tambahan. Pada tahun 2003 Asia Martabak Jepang mulai memfranchisekan usahanya seiring dengan bertambahnya investor menjadi 10 counter yang tersebar dan tertata di area ban