Beirut, (ANTARA News) - Rakyat Lebanon dapat berharap untuk menyaksikan kelahiran satu pemerintahan Lebanon yang baru dalam waktu 24 jam, demikian dikatakan Jumat oleh pemimpin Lebanon dari kelompok Kristen Samir Geagea sebagaimana diberitakan kantor berita dpa. Berbicara setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Michel Suleiman di istana Baabda yang terletak di sebelah timur Beirut,dia mengatakan situasi negri kini sangat positif dan dia berharap dapat terjadinya satu terobosan yang membawa perubahan dan sekaligus perbaikan. Samir Geagea mengatakan penundaan pembentukan pemerintahan oleh Perdanan Menteri Fouad Seniora untuk menjawab tuntutan perubahan dan reformasi yang disampaikan oleh pemimpin oposisi dari kelompok Kristen, Jendral Miche Aoun. Geagea mengatakan terbuka kemungkinan untuk melakukan pertemuan dengan Aoun dengan persetujuan dari presiden. Dia mengajukan usul dialog nasional diantara para pemimpin kelompok dan golongan . "Dialog diperlukan karena adanya perbedaan besar pada sudut pandang politik diantara sekian banyak jumlah faksi," kata Geagea. "Pemerintah pada saatnya nanti akan terbentuk sebab tak ada satu pihak manapun yanga menggugurkan perjanjian atau kesepakatan Doha. Dalam perjanjian yang mencapai kesepakatan di ibukota Qatar, Doha pada 21 Mei lalu yang didukung oleh Suriah dan Iran, kelompok oposisi akan memperoleh 11 kursi di pemerintahan baru sementara kelompok mayoritas akan memperoleh 16 kursi jabatan dan presiden akan memilih dan menunjuk tiga posisi menteri. Negosiasi antara sejumlah partai tidak mencapai kesepakatan dan mengalami kesulitan perihal menentukan siapa yang akan menjadi menteri pertahanan, menteri dalam negri, menteri keuangan serta menteri luar negri . Aoun berkeras agar Presiden Michel Suleiman hanya memilih satu kandidat menteri dan bukannya tiga, hal itu ditentang mayoritas. Dia juga menyarankan agar luas lingkup wewenang perdana menteri direvisi, menimbulkan reaksi tidak setuju termasuk dari pihak kelompoknya sendiri. Perjanjian Doha juga mengakhiri kerusuhan di jalan yang telah berlangsung selama enam hari antara pendukung oposisi dangen pendukung kelompok mayoritas dengan jumlah korban nyawa sedikitnya 82 orang. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008