Pekanbaru (ANTARA) - Hujan yang dalam dua hari terakhir mengguyur sebagian wilayah Provinsi Riau masih menyisakan 152 titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah berjuluk Bumi Lancang Kuning itu pada Rabu pagi.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, citra satelit pada pukul 06.00 WIB menunjukkan jumlah titik panas di Riau paling banyak jika dibandingkan dengan wilayah provinsi lain di Pulau Sumatera.
Di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan masing-masing hanya dideteksi 27 dan 32 titik panas. Selain itu, titik panas di Pulau Sumatera tersebar di wilayah Lampung (26), Sumatera Utara (3), Kepulauan Riau (3), dan Bengkulu (2).
Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru Ahmad Agus Widodo menjelaskan, titik panas di Riau paling banyak berada di Kabupaten Rokan Hilir (76) disusul Kabupaten Bengkalis (31), Kota Dumai (26), Kabupaten Indragiri Hilir (8), Kepulauan Meranti (5), Pelalawan (5), dan Kabupaten Siak (1).
Dari 152 titik panas yang ada di wilayah Riau, 100 di antaranya dideteksi sebagai titik api. Titik api paling banyak ditemukan di Rokan Hilir (47), Bengkalis (25), Dumai (17), Pelalawan (4), Meranti (4), dan Indragiri Hilir (3).
Agus mengatakan hujan masih berpeluang turun di Riau.
"Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang disertai petir dan angin kencang diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Kampar, Bengkalis, Siak, Kep Meranti, Pelalawan, Rokan Hilir dan Kota Dumai," katanya.
Kabut asap masih ada di wilayah Riau, namun tidak sampai mengganggu penerbangan. Aktivitas di Bandara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru masih normal.
Jarak pandang pada pukul 07.00 WIB di Pekanbaru sekitar 1,5 kilometer.
Hujan turun di Pekanbaru pada Selasa malam (24/9) dengan intensitas sedang. Pada Rabu pagi, gerimis juga turun di Pekanbaru.
Baca juga:
1.182 titik panas karhutla terpantau di Sumatera
11.040 titik panas terpantau di wilayah Kalimantan Tengah
Ibu-ibu demo bawa panci desak Gubernur Riau tuntaskan masalah karhutla
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019